Dinas Kebudayaan Sumbar susun buku sejarah Kubung Tigobaleh

id Kubung Tigobaleh,sejarah,buku

Dinas Kebudayaan Sumbar susun buku sejarah Kubung Tigobaleh

Proses pengumpulan data dalam penelitian sejarah Kubung Tigobaleh. (ANTARA/HO-Dinas Kebudayaan Sumbar)

Padang (ANTARA) - Dinas Kebudayaan Sumatera Barat menyusun buku tentang sejarah lokal Kubung Tigobaleh di Kabupaten dan Kota Solok dalam upaya mengenal dan memperkuat jati diri serta menggali kearifan lokal.

"Kearifan lokal di Sumbar berada hampir di setiap nagari (desa) yang bisa digali kembali untuk dipelajari, dipahami guna memperkuat jati diri masyarakat setempat dan Minangkabau secara umum," kata Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti di Padang, Kamis.

Ia mengatakan penyusunan buku tersebut difasilitasi tokoh masyarakat Kubung Tigobaleh sekaligus anggota DPRD Sumbar, Deswipetra Dt. Manjinjiang Alam dan melibatkan tim ahli yang terdiri atas akademisi, sejarawan, praktisi, dan tokoh masyarakat.

Tim ahli tersebut di antaranya Direktur Pascasarjana Unand Prof. Nusyirwan, sejarawan Unand Wanofri Samri, praktisi Buya Zuairi Abdullah, akademisi MA Dalmenda Pamuncak Alam, dan tokoh masyarakat Deswipetra Dt. Manjinjiang Alam.

Pelibatan tim ahli tersebut untuk menjaga agar buku yang disusun sesuai dengan standar akademis dan bisa dipertanggungjawabkan.

"Saat ini proses pembuatan buku sudah menyelesaikan tahap penelitian. Setelah pengumpulan bahan akan di susun bab per bab," ujarnya.

Buku tersebut nantinya di bawa ke dalam diskusi melibatkan tokoh adat dan tokoh masyarakat di Sumbar.

"Kita targetkan buku ini bisa selesai pada pertengahan Desember 2021," ujar Gemala.

Sementara itu, tokoh masyarakat, Deswipetra Dt. Manjinjiang Alam, mengatakan sudah ada beberapa orang yang membahas tentang sejarah tentang Kubung Tigobaleh, namun masih belum terlalu mendalam.

Ia menyebut ada pendapat Kubung Tigobaleh adalah wilayah budaya yang secara tidak resmi dianggap sebagai luak keempat atau yang termuda setelah tiga luak lainnya. Luak ini terletak di dataran rendah dan kaki Gunung Talang, sebelah selatan Luak Tanah Data, yaitu di wilayah kabupaten Solok dan Kota Solok sekarang ini. Luak dibentuk pada masa agak belakangan, bukan pada masa Pemerintahan Adityawarman.

Setiap luak di Minangkabau memiliki gunung masing-masing. Luak Tanah Datar dengan Gunung Marapi, Luak Agam dengan Gunung Singgalang, Luak Limo Puluah dengan Gunung Sago, sedangkan Luak Kubuang Tigobaleh dengan Gunung Talang.

Ada lagi pendapat bahwa awal mula berdirinya Kubung Tigobaleh dilatarbelakangi oleh masalah politik Kerajaan Pagaruyung di mana terdapat sikap oposisi dari 13 orang datuk yang tergolong kerabat Pagaruyung. Para datuk mempunyai perbedaan pandangan yang tajam mengenai suatu masalah politik dan adat yang tidak membawa suatu kesepakatan.

Oleh karena itu, Raja Pagaruyung saat itu menitahkan untuk membuang 13 datuk itu.

Titahnya, menurut ingatan masyarakat Solok, Ku buang tigo baleh ninik mamak ini .. " (Kuusir 13 ninik mamak ini) dari Luak Tanah Data. Maka datuk tersebut melakukan migrasi ke arah selatan Tanah Datar melewati perbukitan di pinggir Danau Singkarak yang kemudian terkenal dengan Kubung Tigobaleh.

"Buku yang disusun dengan melibatkan banyak ahli ini diharapkan bisa menjawab pendapat-pendapat itu secara akademis," ujarnya.

Menurut dia, buku itu selain bisa menjadi salah satu referensi sejarah Kubung Tigobaleh sekaligus bisa dikembangkan lagi ke depan.