Basuluh keliling kampung, cara Koto Katik merawat tradisi maulid Nabi

id Obor suluh, rawat tradisi, maulid nabi, padangpanjang

Basuluh keliling kampung, cara Koto Katik merawat tradisi maulid Nabi

Warga Kelurahan Koto Katik, Kecamatan Padang Panjang Timur, Kota Padang Panjang tampak berarak-arakan merawat tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW, di daerah itu. (ANTARA/Fira)

Padangpanjang (ANTARA) - Dingin malam tak menghambat langkah puluhan warga Kelurahan Koto Katik, Kecamatan Padang Panjang Timur, guna merawat tradisi maulid Nabi Muhammad SAW di daerah tersebut.

Di tangan mereka ada suluah bambu (semacam obor) dengan apinya menyala, menari-nari ditiup angin. Dari Masjid Aufu Bil Uqud, selepas salat Isya Kamis (21/10), mereka bergerak serentak.

Berjalan kaki mengelilingi kampung di kelurahan yang cuma punya 4 RT itu. Selain kelap-kelip api yang menyala di ujuang suluah, langkah mereka diiringi sholawat nabi dan bunyi tabuhan rebana.

Mereka melewati setiap jalan di daerah tersebut, terus menuju Islamic Center dan kembali ke Masjid Aufu Bil Uqud. Mengakhiri kegiatannya, mereka makan bersama di atas dulang.

Ini adalah sebuah tradisi. Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, warga kelurahan itu menggelar Basuluah Kaliliang Kampuang pada Kamis (21/10) malam.

Setiap tahun, setiap Maulid Nabi, tradisi ini dijalani. Sejak dulu kala. Tak banyak yang tahu kapan persisnya tradisi ini mulai dilaksanakan.

Yang jelas, mereka merawat tradisi lokal itu dengan tetap merayakannya dengan berbagai agenda kemasyarakatan, salah satunya Basuluah ini.

“Basuluah Kaliliang Kampuang merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan warga Koto Katiak setiap tahun. Sembari membawa obor yang terbuat dari bambu yang bersumbu dari kain bekas yang diberi minyak tanah, warga berjalan kaki mengelilingi kampung diiringi sholawat dengan memainkan rebana,” jelas panitia acara Mita.

Kegiatan ini turut diramaikan seluruh warga kelurahan Koto Katiak dari berbagai lapisan, remaja masjid, dan juga jajaran kelurahan. Sehari sebelumnya, rangkaian kegiatan dimulai dengan tradisi Malamang.

Lalu tabligh akbar digelar di Masjid Aufu Bil Uqud yang berdiri pada 1 Juli 1929 itu. Puncak acara, keesokan malamnya, barulah dihelat kegiatan Basuluah ini.

Selain mempertahankan budaya lama, kegiatan ini juga meningkatkan ukhwah Islamiyah sesama warga. Mereka berkumpul bersama dan menjalin silaturahmi. Kompak dan bekerja sama dalam mengangkat acara.