Tokoh Adat Silayang, Yanto di Lubukbasung, Minggu, mengatakan kegiatan yang diadakan itu berupa membuat lamang secara bersama pada Sabtu (16/10). Pada malam harinya, dilanjutkan dengan tauziah atau pengajian.
"Tausiah itu dihadiri masyarakat di Masjid Al Huda Silayang. Lamang itu disajikan kepada jamaah dan sebagian dibagikan bagi tamu khusus," katanya.
Pada Minggu (17/10), tambahnya, dilanjutkan dengan zikir rabana dari pukul 10.00 sampai 16.00 WIB.
Untuk penutupan maduo baleh dilakukan dengan makan bersama antara jamaah di Masjid Al Huda.
"Makanan yang disantap itu merupakan bawaan dari ibu-ibu dengan menggunakan jamba atau tempat membawa makanan dan rantang," katanya.
Ia menambahkan, kegiatan itu bakal dilanjutkan di mushala kaum tersebar di daerah itu, setelah di masjid induk.
Pelaksanaan itu bakal dilakukan secara bergantian di mushala kaum itu.
"Pengurus mushala dan tokoh adat akan saling mengunjungi kegiatan di mushala," katanya.
Kegiatan itu merupakan tradisi turun temurun semenjak ratusan tahun lalu saat Maulid Nabi Muhammad SAW.
Ini untuk mempererat hubungan silaturahmi antar warga daerah itu.
Salah seorang warga Silayang, Desi berharap tradisi ini tetap dilestarikan untuk anak cucu saat era digitalisasi.
"Ini harus dipertahankan di era digitalisasi, sehingga anak cucu kita masih merasakan kebudayaan itu," katanya. (*)