500 ribu Vaksin Sinovac hibah UEA siap diberikan untuk penyandang disabilitas

id vaksin disabilitas,berita sumbar,berita padang

500 ribu Vaksin Sinovac hibah UEA siap diberikan untuk penyandang disabilitas

Staf Khusus Presiden Angkie Yuistia (Antara/ HO-@antaranewscom)

Padang (ANTARA) - Sebanyak 500 ribu Vaksin Sinovac hasil hibah dari Uni Emirat Arab yang seharusnya akan digunakan oleh jamaah haji yang belum bisa diberangkatkan tahun ini akan diperuntukan untuk penyandang disabilitas hal ini disampaikan oleh Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia saat melakukan live bersama antaranewscom di media sosial instagram Rabu (28/7).

"450 dosis itu untuk Jawa dan Bali, ada Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur dan Bali, jadi kita memaksimalkan percepatan vaksinasi ini untuk penyandang disabilitas" ujar angkie.

Ia menjabarkan untuk target vaksinasi 2 dosis diperuntukkan untuk 225 ribu penyandang disabilitas, Banten 18 ribu, Jawa Barat 60 ribu, Jawa Tengah 69 ribu, DIY 11 ribu, Jawa Timur 52 ribu, dan Bali 11 ribu.

Angkie juga memberikan alasan kenapa harus penyandang disabilitas yang mendapatkan hibah vaksin tersebut.

"Karena penyandang disabilitas ini sangat rentan dan ragamnya banyak, ada disabilitas motorik, ganda, autis, dan ini sangat rentan di saat pandemi COVID 19 ini kalau terpapar COVID, kalau isolasi mandiri sendirian itu tidak mungkin" katanya.

Ia juga menambahkan vaksinasi bagi penyandang disabilitas dengan vaksin hasil hibah dai UEA akan dimulai pada bulan Agustus 2021.

"Minggu ini lagi mulai proses logistik pengiriman dari kementerian kesehatan melalui dinas-dinas kesehatan di beberapa daerah" katanya.

Vaksinasi tersebut nanti bisa didapatkan di puskesmas-puskesmas yang mana akan diinformasikan kembali oleh kepala-kepala daerah tersebut.

"Pemerintahan pusat menyerahkan kepada pemerintahan daerah untuk dapat merangkul penyandang disabilitas bagaimana penyandang disabilitas ini dapat mengakses vaksin" tambahnya.

Angkie juga mengungkapkan kendala bagi penyandang disablitas untuk vaksinasi.

"Jadi berdasarkan pengalaman kita di Jakarta, yang paling sulit itu adalah komunikasi, dari panitia dengan penyandang disabilitas, karena bagaimana menghandel penyandang disabilitas itu berbeda" katanya.

Ia juga memberikan solusi yang aman untuk penyandang disabilatas yaitu salah satunya dengan mengunakan tulisan untuk memberikan informasi

Angkie juga mengingatkan untuk para penyandang disabiltas untuk jujur terkait kesehatannya ketika akan divaksin supaya aman.

"Untuk penyadang disabiltas intelektual, ini kita perlu untuk berkoordinasi dengan tenaga kesehatan terkait apakah diperbolehkan untuk vaksin ini, jadi saat aksesmen itu tolong untuk jujur sejujurnya dengan apa yang terjadi, karena yang bisa mengetahui badan kita itu adalah kita sebagai penyandang disabilitas" katanya.

Ia juga memberitahukan bahwa bagi penyandang disabilitas berhak mendapatkan vaksinasi di setiap daerah di Indonesia dengan vasksinasi yang ada pada saat ini.

"Untuk di luar Jawa dan Bali masih memiliki akses yang sama, jadi tidak ada dibeda bedakan, selama kondisi tubuhnya terpenuhi untuk divaksin" katanya.

Angkie juga mengungkapkan kemungkinan untuk jemput bola vasksinasi bagi penyandang disabilitas di kabupaten-kabupaten.

"Di Bayuwangi itu udah jemput bola, cuman untuk di kota-kota besar tenaga kesehatan lebih sedikit dari pada jumlah penyandang disabilitasnya, jadi kita berkerja sama dengan beberapa pihak untuk bagaimana penyandang disablitas itu mendapatkan pendamping untuk pergi vaksin" katanya.

Ia juga mengungkapkan dampak pandemi COVID 19 bagi penyandang disabiltas.

"Kalau dibilang sulit, sangat sulit sekali, bagaimana komunikasinya, informasinya dan sekarang PPKM kapan boleh keluar, informasi itu sangat terbatas bagi penyandang disablitas, banyak penyandang disabilitas di daerah itu minim akses informasi digital" katanya.

Ia juga mengingatkan untuk kita saling menjaga sesama masyarakat dan membantu penyandang disabilitas yang berada di sekitar lingkungan bermasyarakat dan bagi penyandang disabilitas untuk turut aktif melaporkan pada RT/RW tempat mereka tinggal apabila mereka terpapar COVID 19.