Ekonomi Sumbar triwulan I 2021 hanya tumbuh minus 0,16 persen

id ekonomi sumbar

Ekonomi Sumbar triwulan I 2021 hanya tumbuh minus 0,16 persen

Grafis ekonomi Sumbar triwulan I 2021 (Antara/HO-BPS Sumbar)

Padang (ANTARA) - Setelah mengalami penurunan sepanjang 2020, ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I 2021 hanya tumbuh minus 0,16 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020 sebagai dampak dari pandemi COVID-19 yang masih berlangsung.

"Dibandingkan periode yang sama pada 2020 ekonomi Sumbar ketika itu masih tumbuh 3,89 persen, sektor yang paling anjlok pada triwulan I 2021 adalah akomodasi dan makan minum," kata Kepala BPS Sumbar Herum Fajarwati di Padang, Kamis.

Menurutnya selain sektor akomodasi dan makan minum sektor lain yang juga mengalami kontraksi adalah transportasi dan pergudangan, pengadaan listrik dan gas.

Hal tersebut terjadi karena tingkat hunian hotel dan permintaan di restoran masih mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, kata dia.

Selain itu masih adanya pembatasan kegiatan dan aktivitas pertemuan perkantoran belum banyak dilakukan karena sebagian anggaran direalokasi untuk penanganan COVID-19.

Kemudian pada triwulan I 2021 aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau mengalami penurunan penumpang sebesar 30,95 persen dibandingkan triwulan IV 2020.

"Ini terjadi karena menurunnya aktivitas pariwisata, perjalanan dinas dan ketatnya pemeriksaan di bandara sehingga menambah biaya perjalan," kata dia

Ia memaparkan pada triwulan I 2021 struktur ekonomi Sumbar berdasarkan lapangan usaha didominasi tiga sektor yaitu pertanian, perikanan dan kehutanan 21,96 persen, perdagangan besar dan eceran dan reparasi sepeda motor 15,72 persen dan transportasi pergudangan 10,41 persen.

Sumber utama ekonomi Sumbar pada triwulan I 2021 adalah lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 0,34 persen dan jasa 0,15 persen.

Sementara dibandingkan triwulan sebelumnya pada triwulan I 2021 ekonomi Sumbar terkontraksi minus 0,59 persen.

Dilihat dari sumber penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi ekspor luar negeri menjadi komponen dengan pertumbuhan tertinggi yaitu 3,65 persen.

Sebelumnya Bank Indonesia perwakilan Sumbar melihat peningkatan kasus baru positif Corona Virus Disease (COVID-19) dinilai akan berdampak dan turut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat.

"Awalnya kami optimistis dengan adanya vaksin kasus akan berkurang, namun beberapa waktu terakhir terjadi kenaikan hal ini pada akhirnya juga akan berpengaruh pada ekonomi Sumbar," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Wahyu Purnama.

Menurutnya ketika kasus COVID-19 meningkat maka masyarakat tidak bisa bebas berkegiatan termasuk melaksanakan aktivitas perekonomian.

"Contohnya sudah terlihat ekonomi Sumbar terkontraksi dari 5,01 persen pada 2019 menjadi minus 1,60 persen pada 2020 akibat COVID-19," kata dia.

Selain itu ia menilai kebijakan pelarangan mudik juga berdampak pada ekonomi Sumbar karena pada tahun lalu perantau dilarang pulang kampung.

"Jika pada tahun ini tidak ada pelarangan mudik maka akan ada serbuan dari perantau karena sejak tahun lalu tertahan untuk pulang kampung," kata dia.

Kebijakan ini menurutnya akan berdampak pada perekonomian, aktivitas perdagangan hingga akomodasi dan transportasi tidak setinggi biasanya ketika Lebaran dalam kondisi normal.

BI memperkirakan pada tahun ini ekonomi Sumbar akan tumbuh dalam kisaran 4,8 persen hingga 5,8 persen namun sepertinya akan jauh di bawah proyeksi tergantung kondisi perkembangan COVID-19.

Oleh sebab itu ia menilai pengendalian COVID-19 tidak hanya dipengaruhi vaksin namun juga kepatuhan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan.