PDIP luncurkan Buku Megawati tentang lingkungan, ini kisahnya

id PDIP, luncurkan buku, Megawati Soekarnoputri, kepedulian lingkungan

PDIP luncurkan Buku Megawati tentang lingkungan, ini kisahnya

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar Nasional yang dilaksanakan Balitpus PDIP bertema 'Evaluasi Demokrasi Indonesia Pasca Reformasi: Menguatnya Politik Identitas dan Politik Biaya Tinggi Yang Menurunkan Kualitas Demokrasi' secara daring, di Jakarta, Selasa (29-12/2020). (ANTARA/HO-PDIP)

Jakarta, (ANTARA) - PDI Perjuangan akan meluncurkan buku "Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam" pada Rabu ini yang mengisahkan pengalaman Presiden Kelima RI itu dalam menjaga bumi.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto dalam siaran persnya, di Jakarta, Rabu, mengatakan buku ini akan menjadi panduan seluruh kadernya dalam membangun kultur partai merawat sungai, membersihkan lingkungan, dan menanam tanaman.

"Berpolitik itu merawat kehidupan, membangun peradaban. Dengan lingkungan hidup yang indah, asri, dan bersih, akan menciptakan rasa syukur. Ruang sosial menjadi nyaman. Karena itulah menanam tanaman bersifat wajib sebagai kesadaran berorganisasi partai," kata Hasto.

Menurut dia, buku 'Merawat Pertiwi, Jalan Megawati Soekarnoputri Melestarikan Alam' menggambarkan perhatian Megawati Soekarnoputri yang begitu besar terhadap gerak menjaga lingkungan hidup. Buku itu editornya ialah Kristin dan Maria Karsia.

"Jalan menanam bagi Megawati merupakan jalan kehidupan, penuh dengan nilai welas asih, tradisi kontemplasi, dan sekaligus jalan menjaga bumi dengan menyediakan oksigen bagi kehidupan," jelas Hasto.

Hasto menerangkan PDI Perjuangan telah menggelorakan gerakan menanam tanaman yang bisa dimakan sejak setahun yang lalu. Di dalam program itu, terdapat gerakan menanam tanaman pendamping beras.

PDIP menyadari Indonesia begitu kaya dengan keanekaragaman makanan sehingga bisa berdikari dalam kebutuhan pangan rakyat Indonesia.

"Tindakan impor beras yang dilakukan sepihak oleh Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi lahir dari kalkulasi pragmatis. Seorang menteri harus memahami keanekaragaman pangan, dan berpikir bagaimana Indonesia bisa mengekspor pangan, bukan sebaliknya," jelas Hasto.