BKSDA Agam pasang spanduk imbauan di objek wisata lokasi munculnya buaya

id BKSDA Agam ,buaya muara ,berita agam,agam terkini,berita sumbar

BKSDA Agam pasang spanduk imbauan di objek wisata lokasi munculnya buaya

Tim Resor BKSDA Agam melakukan identifikasi tempat munculnya buaya, Selasa (2/3) malam (Antara/Yusrizal)

Lubukbasung, (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat melalui Resor Agam, memasang lima spanduk imbauan di objek wisata Pantai Tiku, Kecamatan Tanjungmutiara, tempat munculnya buaya muara atau Crocodilus porosus, Selasa (2/3) siang.

"Spanduk imbauan yang berisi larangan pengunjung untuk sementara waktu agar tidak melakukan aktivitas di dalam air atau laut karena ada satwa buaya, itu akan dipasang, Selasa (3/3) siang," kata Kepala Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam, Ade Putra di Lubukbasung, Rabu.

Ia mengatakan, spanduk itu bakal dipasang di Objek Wisata Bandar Mutiara satu lembar, Bandar Gadang satu lembar dan Objek Wisata Pasia Tiku tiga lembar.

Imbauan itu dipasang agar pengunjung tidak berenang di pantai, mengingat pantai sangat ramai dikunjungi wisatawan.

"Ini dalam mengantisipasi hal yang tidak diinginkan," katanya.

Ia menambahkan, sebelumnya Resor KSDA Agam mendapatkan laporan kemunculan satu ekor buaya muara di beberapa titik objek wisata itu saat ramai dikunjungi.

Mendapat informasi tersebut, tim Resor KSDA Agam melakukan identifikasi lapangan pada Selasa (2/3). Dari keterangan warga, buaya itu dengan panjang sekitar 1,5 meter atau masih anak dan diduga berasal dari Sungai Batang Gasan.

Anak buaya itu pertama kali muncul di Gasan Ketek dan diikuti oleh warga sampai Pasia Tiku dan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasia Tiku, buaya menghilang.

"Anak buaya itu hanya melintas dari hutan bakau Gasan Ketek dan kondisi buaya dalam kelelahan akibat dibawa arus karena usia buaya masih anak-anak," katanya.

Tim Resor KSDA Agam, tambahnya, akan memantau keberadaan buaya itu setiap saat dan apabila masih muncul maka akan dilakukan upaya untuk menggiring buaya itu ke habitatnya.

Sedangkan evaluasi menggunakan perangkap merupakan upaya terakhir apabila buaya itu tidak mau digiring ke habitatnya.

"Mudah-mudahan buaya itu kembali ke habitatnya di sekitar hutan bakau dan muara di sepanjang pingir pantai Kecamatan Tanjungmutiara. Buaya itu bisa menyesuaikan diri dengan air laut, karena habitatnya di muara," katanya. (*)