Petani Solok Selatan keluhkan sulitnya mendapat pupuk subsidi, jagung yang paling terimbas

id pupuk subisidi,kuota pupuk subsidi,dinas pertanian solok selatan

Petani Solok Selatan keluhkan sulitnya mendapat pupuk subsidi, jagung yang paling terimbas

Seorang petani menunjukan jagung hibrida yang akan dijadikan benih di Pilohayanga, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Selasa (16/2/2021). ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin/aww (ANTARAFOTO/Adiwinata Solihin)

Padang Aro (ANTARA) - Dinas Pertanian Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat banyak menerima keluhan dari petani terkait susahnya mereka mendapatkan pupuk bersubsidi.

"Lebih dari 30 keluhanan dari petani yang kami terima terkait sulitnya mereka mendapat pupuk bersubsidi dan hal ini bisa berimbas terhadap produksi," kata Kepala Dinas Pertanian Solok Selatan Del Irwan, di Padang Aro, Kamis.

Dia mengatakan, kuota pupuk bersubsidi untuk petani Solok Selatan berkurang signifikan yaitu dari 9.247 ton pada 2010 menjadi 5.714 ton tahun ini.

Kebutuhan pupuk bersubsidi di Solok Selatan berdasarkan sistem elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) pada 2021 katanya, sebanyak 19.144,93 ton tetapi yang diberikan hanya 5.714 ton.

Akibat pengurangan jatah pupuk bersubsidi, sebutnya yang paling besar berimbas kepada tanaman jagung hibrida dan berdampak pada hasil produksi.

Jumlah petani yang diinput dalam e-RDKK kata dia, sebanyak 14.458 NIK dan masih banyak yang belum masuk sistem serta masih banyak yang belum tergabung dalam kelompok tani sedangkan untuk jatah pupuk bersubsidi hanya bisa dibeli menggunakan kelompok tani.

Dia menambahkan secara prinsip produksi padi Solok Selatan masih surplus akan tetapi data produktivitas 2020.

Petani di Lubuk Gadang Timur Fitra (42) mengatakan ia sudah menanyakan pupuk bersubsidi ke berbagai kios tetapi tidak bisa membeli atau stok habis.

"Periode tanam kali ini tanaman jagung kami tidak diberi pupuk dan pertumbuhannya juga tidak bagus dan akan berdampak nantinya pada hasil produksi," katanya.

Dia mengatakan saat ini ia belum memiliki kartu tani tetapi sudah tergabung dalam kelompok tani.

Petani lainnya Hendra (45) mengatakan akibat susahnya pupuk pertumbuhan tanaman jagung dan padinya tidak maksimal dan pasti akan berimbas pada hasil panen.

Kalau menggunakan pupuk non subsidi katanya, harganya terlalu mahal dan tidak seimbang dengan penjualan nantinya terutama untuk jagung yang butuh banyak pupuk.

"Harapan kami semoga pupuk kembali lancar sehingga petani tidak merugi," ujarnya.