Ketua PDI-P Sumbar: Politik nasional pengaruhi peta politik di Sumatera Barat

id berita padang,berita sumbar,pdi-p

Ketua PDI-P Sumbar: Politik nasional pengaruhi peta politik di Sumatera Barat

Ketua PDI Perjuangan Sumatera Barat, Alex Indra Lukman (antarasumbar/Istimewa)

Bandul preferensi pilihan politik urang awak, bergeser seiring polarisasi elit diantara kubu yang saling berhadap-hadapan,
Padang (ANTARA) - Ketua PDI Perjuangan Sumatera Barat (PDI-P Sumbar), Alex Indra Lukman menyatakan konstelasi politik nasional mempengaruhi peta politik di "Ranah Minang" (Sumbar) dan tak bisa dilepaskan dari pertarungan gagasan para elit di level nasional.

"Bandul preferensi pilihan politik urang awak, bergeser seiring polarisasi elit diantara kubu yang saling berhadap-hadapan," kata dia melalui keterangan tertulis di Padang, Selasa.

Ia mengatakan politik masyarakat Sumatera Barat tidak lokal dan dalam wacana politik, bingkai wacana orang Minangkabau itu berada dalam konstelasi nasional.

"Oleh karena itu, peta perpolitikan di pusat, berpengaruh besar terhadap pilihan politik orang Minang,” kata dia.

Menurut dia terkait hasil survei yang dirilis Spektrum Politika, Minggu (11/10), dimana survei ini secara kritis mencoba mengurai penyebab lahirnya pernyataan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri yang sempat mengaku bingung dan bertanya-tanya dengan rentetan kekalahan yang dialami partainya di Ranah Minang.

“Saya pikir kenapa ya, rakyat di Sumbar itu sepertinya belum menyukai PDI Perjuangan, meskipun sudah ada daerah yang mau ada DPC atau DPD,” kata Megawati saat memberikan pengarahan kepada pasangan calon yang diusung PDI Perjuangan pada 2 September 2020.

Menurut dia dialektika politik orang Minang, sejak sebelum kemerdekaan hingga sekarang telah membuktikan premis politik orang Minang tergantung elit di pusat.

“Kerasnya pertarungan kubu Islam dengan kaum nasionalis di Pemilu 1955, terlihat jelas di Sumatera Tengah yang didalamnya terdapat Sumatera Barat saat ini. Pertarungan itu terus berlanjut hingga pemilu setelah reformasi 1998. Pemenang Pemilu di Sumbar ini selalu berganti setiap pemilunya,” kata dia.

Periode 1955 itu, pertarungan ideologi parpol-parpol di Indonesia yaitu nasionalis, komunis dan Islam, bahkan merasuk jauh dalam kehidupan masyarakat Minang.

Sejarah mencatat, perbedaan ideologi itu terjadi hingga tingkat keluarga. Antara ayah, ibu dan anak serta mamak dalam satu kaum, jamak terjadi perbedaan pilihan politik.

“Membingkai ketidaktertarikan masyarakat Minang dimasa sekarang pada PDI Perjuangan dengan mengabaikan historis sosiologis masyarakat itu sendiri, tentunya suatu hal yang kurang lengkap,” kata dia.