Minyak tergelincir, peningkatan penambahan kasus COVID-19 meningkatkan kekhawatiran permintaan

id harga minyak,minyak Brent,minyak WTI

Minyak tergelincir, peningkatan penambahan kasus COVID-19 meningkatkan kekhawatiran permintaan

Kapal tanker bersandar pengilangan minyak, Bayonne, New Jersey, Amerika Serikat. (ANTARA/REUTERS/Lucas Jackson/aa.)

New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh lebih dari tiga persen ke level terendah dalam dua minggu pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah kekhawatiran tentang prospek permintaan bahan bakar ketika Eropa dan Amerika Serikat bergulat dengan lonjakan baru infeksi virus corona.

Investor saham dan komoditas juga tetap berhati-hati menjelang debat pertama calon presiden AS antara Joe Biden dari Partai Demokrat dan petahana Donald Trump dari Partai Republik pada Selasa malam waktu setempat.

“Perdagangan yang lebih rendah hari ini umumnya mengikuti penurunan ekuitas,” kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November jatuh 1,40 dolar AS atau 3,3 persen, menjadi menetap di 41,03 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November berkurang 1,31 dolar AS atau 3,2 persen, menjadi ditutup pada 39,29 dolar AS per barel.

Penurunan harga tersebut terjadi menjelang rilis data persediaan minyak AS dari American Petroleum Institute (API) pada Selasa waktu setempat dan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu yang diperkirakan menunjukkan stok minyak mentah meningkat 1,6 juta barel pekan lalu.

Lebih dari satu juta orang di seluruh dunia telah meninggal karena COVID-19, menurut penghitungan Reuters, tonggak suram dalam pandemi yang telah menghancurkan ekonomi global dan permintaan bahan bakar.

Kota New York akan mengenakan denda pada orang-orang yang menolak memakai masker ketika tingkat tes positif virus corona naik di atas tiga persen untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan, kata Wali Kota Bill de Blasio pada Selasa (29/9/2020).

"Lanskap COVID yang berkembang adalah risiko penurunan besar-besaran untuk harga minyak mentah," kata Craig Erlam, analis senior di OANDA.

Kepala rumah perdagangan terbesar di dunia itu memperkirakan pemulihan permintaan minyak melambat dan harga datar dalam beberapa bulan mendatang dan bahkan mungkin tahun-tahun mendatang.

Bentrokan antara Armenia dan Azerbaijan atas wilayah Nagorno-Karabakh juga membuat pasar gelisah. Jika konflik memanas, bisa mempengaruhi ekspor migas dari Azerbaijan.

Di Libya, sementara itu, ladang minyak Sarir telah memulai kembali produksinya, kepala perusahaan yang mengoperasikannya mengatakan pada Selasa (29/9/2020), setelah pasukan timur mencabut blokade delapan bulan pada fasilitas energi tersebut.