Tinggal tiga tahun di Bukittinggi, Imigrasi Agam amankan satu warga Malaysia

id Imigrasi agam,berita agam,agam terkini,warga malaysia,amankan warga malaysia

Tinggal tiga tahun di Bukittinggi, Imigrasi Agam amankan satu warga Malaysia

Imigrasi Agam memberikan keterangan mengenai satu warga Malaysia yang menetap di Bukittinggi sejak 2017, Rabu (19/8). (ANTARA/Ira Febrianti)

Bukittinggi, (ANTARA) - Kantor Imigrasi Kelas II NonTPI Agam, Sumatera Barat mengamankan satu laki-laki warga negara Malaysia yang sudah menetap selama tiga tahun lebih di Kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah (ATTS) Bukittingggi.

Kepala Kantor Imigrasi Agam Oeray Gufran Maryudha di Bukittinggi, Rabu, mengatakan warga Malaysia atas nama Phoon Sai Keong(42) diamankan setelah ada laporan dari masyarakat pada 3 Agustus 2020.

"Kami sampai saat ini masih mintai keterangan dari para saksi juga warga asing tersebut untuk tetapkan tindakan selanjutnya," katanya.

Ia menerangkan warga asing tersebut masuk ke Sumbar melalui Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dari Kuala Lumpur pada 22 Februari 2017.

Dia selanjutnya menikah dengan seorang warga di Bukittinggi lalu menetap di Kelurahan ATTS dan bekerja sebagai kuli untuk menghidupi istri dan satu anaknya.

Pihak Imigrasi Agam sudah mengecek dokumen pernikahan dan dinyatakan sah secara agama dan negara.

"Dia masuk ke Indonesia dengan visa kunjungan namun menetap sampai tiga tahun lebih dan bekerja. Hal ini sudah melanggar aturan keimigrasian," katanya.

Warga Malaysia itu melanggar Undang-undang Nomor 6 Pasal 78 Ayat 3 Tahun 2011.

Pihaknya sampai saat ini masih memintai keterangan dari warga asing tersebut beserta keluarga istri dan saksi lainnya dan tindakan keimigrasian yang akan dilakukan terhadapnya adalah pendeportasian dilanjutkan pencekalan.

"Pencekalan itu enam bulan sampai dua tahun. Dia masih tetap bisa masuk Indonesia namun tentu dengan aturan yang ada," katanya.

Sementara Phoon Sai Keong mengatakan dirinya datang ke Indonesia untuk bertemu wanita yang dikenalnya lewat media sosial.

Ia kemudian menikah dan memilih pindah keyakinan sehingga membuat keluarganya di Malaysia tidak menganggapnya lagi sebagai anggota keluarga.

"Kalau mau kembali ke Malaysia tidak ada tempat pulang. Jadi saya tinggal di Bukittinggi bersama istri dan satu anak kerja apa saja untuk menafkahi keluarga," ujarnya. (*)