Akibat pandemi COVID-19 ekonomi Sumbar triwulan II 2020 terkontraksi minus 4,91 persen

id berita padang,berita sumbar,ekonomi,covid-19

Akibat pandemi COVID-19 ekonomi Sumbar triwulan II 2020 terkontraksi minus 4,91 persen

Kepala BPS Sumbar, Pitono. (antarasumbar/Ikhwan Wahyudi)

Ini ditandai dengan peningkatan pemasangan indihome oleh Telkom di Sumbar yang mencapai 121,99 persen karena pemberlakuan sekolah daring, kerja dari rumah dan bisnis daring,
Padang (ANTARA) - Ekonomi Sumatera Barat (Sumbar) pada triwulan II 2020 terkontraksi minus 4,91 persen dibandingkan periode yang sama pada 2019.

"Jika pada triwulan I 2020 ekonomi Sumbar masih tumbuh 3,90 persen, akibat pandemi COVID-19 dan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada triwulan II tahun ini anjlok jadi minus 4,91 persen," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar, Pitono di Padang, Rabu.

Menurut dia sektor yang tetap bertumbuh di tengah pandemi adalah informasi dan komunikasi sebesar 11,52 persen.

"Ini ditandai dengan peningkatan pemasangan indihome oleh Telkom di Sumbar yang mencapai 121,99 persen karena pemberlakuan sekolah daring, kerja dari rumah dan bisnis daring," jelasnya.

Sementara untuk sektor angkutan udara mengalami kontraksi hingga 90 persen karena penurunan jumlah penumpang, pembatalan dan pembatasan penerbangan akibat PSBB di Bandara Internasional Minangkabau.

Tidak hanya itu berdasarkan catatan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumbar terdapat 10.690 pekerja yang terdampak COVID-19 dengan perincian 10.060 dirumahkan dan 630 orang dipecat.

Untuk realisasi penanaman modal yang tercatat di Badan Koordinasi Penanaman Modal selama triwulan II 2020 mencapai Rp1,26 triliun atau turun 24,26 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dilihat dari lapangan usaha ekonomi Sumbar masih didominasi oleh sektor pertanian, perdagangan dan konstruksi.

Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan masih tumbuh 0,55 persen ditandai tanaman padi, buah-buahan dan peternakan mengalami peningkatan produksi dibanding triwulan sebelumnya.

"Sedangkan sektor perdagangan terkontraksi minus 3,32 persen akibat perdagangan mobil dan motor turun signifikan dan sepinya pasar tradisional serta modern karena pemberlakuan PSBB," terang dia.

Sektor yang juga mengalami kontraksi cukup dalam adalah konstruksi sebesar minus 5,21 persen akibat realisasi modal belanja APBN dan APBD yang turun siginifikan dibandingkan periode sebelumnya.

Sebelumnya Bank Indonesia (BI) perwakilan Sumbar menyampaikan sejumlah rekomendasi untuk pemulihan ekonomi di provinsi itu untuk jangka pendek yang sebelumnya mengalami penurunan akibat COVID-19.

Kepala BI perwakilan Sumbar, Wahyu Purnama menyampaikan langkah pertama adalah mempercepat realisasi program stimulus ekonomi dan keuangan pemerintah dengan optimalisasi belanja APBD terutama untuk sektor pertanian.

"Kalau alokasi belanja untuk sektor lain digeser untuk penanganan COVID-19 maka untuk sektor pertanian harus tetap dipertahankan," ujarnya.

Berikutnya pemerintah harus membuka kembali aktivitas ekonomi dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat mulai dari pusat perbelanjaan, hotel, restoran hingga tempat rekreasi.

Selanjutnya penyaluran bantuan untuk usaha kecil mikro yang terdampak COVID-19 dengan optimalisasi CSR, program sosial dan zakat infak sedekah.

Bantuan terhadap usaha mikro perlu diprioritaskan agar mereka tetap bertahan karena mereka paling terdampak, ujarnya.

Lalu optimalisasi penyaluran alokasi dana simpanan pemerintah di himpunan bank milik negara dan BPD untuk pembiayaan UKM di Sumbar.

Ia mengatakan hal ini tidak mudah karena UKM sedang sulit namun diharapkan bisa meningkatkan kondisi UKM.

Selanjutnya perlu mempertahankan proyek investasi besar di Sumbar yang saat ini masih berjalan seperti jalan tol transSumatera, stadion utama Sumbar dan lainnya.

Kemudian mengembangkan digitalisasi UKM karena saat ini mereka sulit melakukan penjualan langsung dan strateginya adalah lewat platform digital serta pembayaran nontunai.

Terakhir pemerintah perlu mengeluarkan imbauan untuk mengutamakan membeli produk UKM asal Sumbar agar bisa tetap bertahan dalam kondisi ini.

Pada sisi lain mengingat pangsa perekonomian Sumbar 81 persen didominasi pertanian namun terus turun perlu mengembangkan sumber pertumbuhan baru yaitu sektor pariwisata dengan melakukan tranformasi dan membuat peta jalan yang jelas.