Usaha penjualan seragam sekolah di Solok masih sepi, orang tua tunggu kepastian mulai sekolah

id usaha seragam sekolah,berita solok,solok terkini,berita sumbar,sumbar terkini,pasar raya solok

Usaha penjualan seragam sekolah di Solok masih sepi, orang tua tunggu kepastian mulai sekolah

Salah seorang pembeli saat menanyakan harga seragam sekolah di Pasar Raya Solok. (Antara/Tri Asmaini)

Solok, (ANTARA) - Usaha penjualan seragam sekolah di Pasar Raya Solok, Sumatera Barat masih sepi pengunjung menjelang tahun ajaran baru Juli 2020 diduga sebagai akibat wabah COVID-19 melumpuhkan perekonomian masyarakat.

"Biasanya menjelang memasuki tahun ajaran baru seperti saat ini sudah ramai pembeli. Tapi saat ini, baru satu-satu pembeli yang belanja seragam sekolah. Mungkin karena jadwal mulai sekolah yang belum pasti," kata pemilik Toko Restu yang menjual perlengkapan seragam sekolah Mailin (24), di Pasar Raya Solok, Kamis.

Menurutnya, pada tahun lalu sangat ramai, sehingga pihaknya menambah karyawan sampai lima orang. Ketika ramai-ramainya bisa mencapai omzet Rp15 juta sampai Rp20 juta sehari.

"Sekarang omzet per hari bisa nihil. Apalagi adanya pandemi COVID-19 ini sangat menurunkan jual beli. Sebelumnya sekitar tiga bulan lebih tidak ada jual beli sama sekali dan toko ditutup," ujarnya.

Menurutnya pada tahun ajaran baru, biasanya yang banyak dibeli adalah seragam untuk siswa SD, SMP dan SMA.

Ia menyebutkan penjualan seragam siswa SD satu stelnya seharga Rp130 ribu, kalau seragam pramuka Rp170 ribu. Sedangkan seragam SMP dan SMA mulai Rp170 ribu sampai Rp240 ribu tergantung kualitas bahan.

Dengan kondisi saat ini, tokonya yang berada di dalam blok Pasar Raya Solok hanya didatangi beberapa orang, itu pun baru menanyakan harga seragam, belum melakukan pembelian.

Ia berharap pandemi Corona segera berakhir. Sehingga usahanya kembali lancar seperti biasanya.

Salah satu orang tua siswa, Devi Syamputra (45) menyatakan dirinya kesulitan untuk membeli seragam baru anaknya, karena perekonomian belum berjalan lancar seperti biasanya.

"Apalagi usaha berdagang saat ini sedang terpuruk. Meskipun sudah era normal baru, namun daya beli masyarakat masih turun apalagi waktu pemberlakuan PSBB lalu benar-benar minim," ujarnya. (*)