Sejumlah harga kebutuhan pokok di Pariaman turun pascalebaran

id harga sembako pariaman

Sejumlah harga kebutuhan pokok di Pariaman turun pascalebaran

ANTARA/Teuku Dedi Iskandar/am.

Pariaman (ANTARA) - Harga sejumlah kebutuhan pokok di Kota Pariaman, Sumatera Barat pascalebaran mengalami penurunan akibat rendahnya daya beli masyarakat serta banyaknya pasokan ke daerah tersebut.

"Secara umum harga komoditas di Pariaman masih stabil namun ada yang mengalami perubahan," kata Kepala Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM Kota Pariaman Gusniyetti Zaunit di Pariaman, Jumat.

Ia mengatakan perubahan harga tersebut yaitu cabai yang sebelumnya Rp20 ribu namun sekarang menjadi Rp15 ribu perkilogram yang harga itu terjadi semenjak akhir ramadhan.

Lalu, harga gula yang yang sebelumnya Rp20 ribu menjadi Rp17 ribu perkilogram yang hal itu terjadi karena pasokan gula dari Lampung.

"Namun harga gula tersebut masih di atas het yaitu Rp12,5 ribu perkilogram," katanya.

Selanjutnya, kata dia bawang merah lokal yang sebelumnya Rp60 ribu perkilogram namun sekarang menjadi Rp55 ribu perkilogram.

"Sedangkan pasokan masih tersedia paling tidak selama seminggu sedangkan beras surplus," ujarnya.

Ia mengatakan ketersedian pasokan kebutuhan pokok di daerah itu karena letak Kota Pariaman yang dekat dengan Pasar Raya Padang sehingga pedagang dan agen dapat dengan mudah mengakses mendapatkan kebutuhan pokok.

Ia meminta pedagang di daerah itu untuk menerapkan protokol keselamatan COVID-19 yaitu menggunakan masker dan menjaga jarak apalagi dalam waktu dekat akan diterapkan tatanan kehidupan baru atau 'new normal'.

"Sekarang hingga dalam waktu ke depan masih Pembatasan Sosial Bersakala Besar sambil menyosialisasikan 'new normal," tambahnya.

Sementara itu salah seorang pedagang di Pasar Pariaman Gusniati Eni (45) mengatakan turunnya harga sejumlah kebutuhan pokok di daerah itu karena turunnya daya beli masyarakat dan banyaknya pasokan dari daerah lain.

"Cabai saja ada yang datang dari Jawa dan Kerinci sedangkan di sini daya beli berkurang, warung nasi saja banyak yang tutup karena tidak ada pariwisata," ujar dia.

Ia berharap kondisi tersebut cepat berakhir sehingga perekonomian kembali normal seperti sebelumnya.