New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh sekitar dua persen pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), di tengah meningkatnya ketegangan AS dan China serta keraguan tentang seberapa cepat permintaan bahan bakar akan pulih dari krisis virus corona.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli turun 0,93 dolar AS atau 2,6 persen, menjadi ditutup pada 35,13 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli kehilangan 0,67 dolar AS atau 2,0 persen menjadi menetap di 33,25 dolar AS per barel.
Permintaan bahan bakar anjlok dalam beberapa bulan terakhir karena pandemi virus corona menyebabkan pemerintah memberlakukan pembatasan pergerakan dan bisnis menutup pintu mereka. Minyak telah reli dalam beberapa hari terakhir ketika aktivitas dimulai kembali.
Tetapi harga turun setelah China mengatakan pada Jumat (22/5/2020) bahwa pihaknya tidak akan mempublikasikan target pertumbuhan tahunan untuk pertama kalinya. Beijing juga menjanjikan lebih banyak pengeluaran pemerintah karena pandemi terus memukul ekonomi.
"Virus corona telah menghapus satu dekade pertumbuhan permintaan minyak global dan pemulihan akan lambat," kata Stephen Brennock dari broker PVM.
China juga menetapkan untuk memberlakukan undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong setelah kerusuhan pro-demokrasi tahun lalu, seorang pejabat China mengatakan pada Kamis (21/5/2020), menarik peringatan dari Presiden Donald Trump bahwa Washington akan bereaksi "sangat kuat."
Untuk minggu ini, Brent dan WTI masing-masing naik 8,0 persen dan 13 persen, tetapi beberapa mengatakan mereka mungkin datang terlalu jauh, terlalu cepat.
"Gelombang kedua (dari virus corona) bukanlah suatu kemungkinan yang jauh dan babak baru penguncian dapat mengirim harga kembali ke tingkat yang jauh lebih rendah dengan sangat cepat, dan pasar mengetahuinya," kata analis pasar minyak senior Rystad Energy, Paola Rodriguez Masiu.
Harga minyak telah anjlok lebih dari 40 persen sejauh ini pada 2020. Rebound baru-baru ini sebagian karena upaya oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu untuk mengurangi pasokan. OPEC+ mengurangi pasokan dengan rekor 9,7 juta barel per hari mulai 1 Mei.
Jumlah rig AS, indikator produksi yang akan datang, turun 21 rig ke rekor terendah 318 rig minggu ini, menurut data perusahaan jasa energi Baker Hughes Co, data kembali ke tahun 1940.
Sementara itu, sebagai tanda berkurangnya kelebihan pasokan, persediaan minyak mentah AS turun minggu lalu.
Berita Terkait
Pertamina cek kualitas BBM dua SPBU di Kota Padang
Jumat, 5 April 2024 19:12 Wib
Antisipasi tumpahan minyak di perairan Dumai
Rabu, 3 April 2024 21:19 Wib
Kilang Balikpapan tingkatkan kapasitas jadi 360 ribu barel
Minggu, 31 Maret 2024 11:46 Wib
Lemak dan minyak penyumbang nilai ekspor terbesar Sumbar Rp1,5 triliun
Jumat, 1 Maret 2024 15:05 Wib
Pemkab Agam olah limbah plastik jadi bahan bakar minyak
Kamis, 22 Februari 2024 9:05 Wib
Pabrik pengolahan minyak sawit di Aceh Tamiang terbakar
Jumat, 16 Februari 2024 5:53 Wib
Polda Sumbar ungkap belasan kasus penyelewengan BBM bersubsidi
Sabtu, 3 Februari 2024 13:24 Wib
Harga CPO pada Februari 2024 naik 4,06 persen
Kamis, 1 Februari 2024 7:56 Wib