Jakarta, (ANTARA) - Putri pertama proklamator RI Mohammad Hatta Prof Dr Meutia Farida Hatta Swasono mengatakan bahwa ayahnya memegang prinsip Minangkabau terutama tentang kebersamaan serta musyawarah mufakat dalam kehidupan sehari-hari.
"Budaya Minang yang memengaruhi Bung Hatta ialah prinsip kebersamaan. Beliau orang yang dihormati keluarga Minang, dan beliau dapat melakukan hal yang sama," kata dia saat diskusi daring dengan tema "Mengenal Lebih Dekat Sosok Bung Hatta" di Jakarta, Jumat.
Di mata putri sulungnya tersebut, Bung Hatta yang lahir di Tanah Minang tepatnya Kota Bukittinggi, Sumatera Barat merupakan sosok yang tidak mengharuskan hanya orang-orang yang menghormatinya, melainkan ia juga menghormati orang lain termasuk di dalam keluarga.
"Kami di keluarga saling menghormati. Saya belajar dan melihat ayah hingga 1980 tepat usia saya 33 tahun ayah meninggal, namun saya mengikuti ajarannya hingga sekarang," ujarnya.
Selain itu, Bung Hatta juga merupakan sosok yang sama kata dan perbuatan. Dengan kata lain, apa yang dikatakan dan dilakukan Wakil Presiden RI pertama itu sama. Ia juga tidak mengharuskan anak-anaknya melakukan hal-hal tertentu, melainkan mengajarkannya dengan memberi contoh.
Sebagai teladan sederhana, Bung Hatta mengajarkan untuk menjadikan meja makan sebagai suatu peristiwa khusus sehingga tidak menggunakan piyama saat makan, termasuk ketika sahur di bulan Ramadan.
"Kalau makan sahur tidak pakai piyama, ganti baju dulu. Sebab meja makan itu peristiwa khusus, bukan mau tidur. Itu saya ikuti sampai sekarang," katanya.
Hal tersebut mengajarkan untuk hidup yang teratur dimana terdapat hal-hal santai, namun tetap dengan adanya aturan. Termasuk pula aturan untuk makan, menata makanan, berpakaian serta berbicara.
"Jadi pada situasi apa, berpakaian apa, berbicara apa, itu ada aturan," ujar dia.
Apalagi, di keluarganya terdapat kebiasaan satu keluarga untuk makan siang dan makan malam bersama. Pada momentum itulah tercipta perbincangan baik itu mengenai sosial budaya, keadaan masyarakat, berbagai peristiwa terkini hingga pengalaman sehari-hari.
Menurut dia di situlah diketahui berbagai macam informasi. Apalagi di saat makan siang dan malam juga terdapat kunjungan tamu-tamu dari berbagai kalangan sehingga tercipta perbincangan yang lebih luas.
"Tapi beliau tidak ingin ada orang yang terasing dalam kumpulan. Jika ada tamu yang kurang bisa bicara bahasa Indonesia, misalnya keluarga Minang maka beliau akan bicara bahasa Minang," ujar dia. (*)
Berita Terkait
Unand terima 183 mahasiswa dari berbagai daerah program pertukaran
Minggu, 25 Februari 2024 5:18 Wib
Bangkit bersama literasi inklusi di peringatan 121 Bung Hatta
Selasa, 15 Agustus 2023 18:30 Wib
DPRD Agam gelar Bimtek bersama Universitas Bung Hatta tingkatkan kapasitas legislator
Sabtu, 29 Juli 2023 14:56 Wib
Universitas Bung Hatta berangkatkan mahasiswa magang ke Jepang
Selasa, 30 Mei 2023 20:10 Wib
Peresmian Autogate Di Bandara Soekarno Hatta
Kamis, 26 Januari 2023 18:27 Wib
Anggota DPR RI soroti keluhan warga terkait kinerja pelayanan RSOMH Bukittinggi
Kamis, 27 Oktober 2022 19:39 Wib
Alumni Universitas Bung Hatta di Sawahlunto berikan santunan untuk anak yatim
Kamis, 22 September 2022 9:02 Wib
Napak tilas Bung Hatta miliki nilai sejarah cukup tinggi
Jumat, 12 Agustus 2022 14:54 Wib