Saham-saham Wall Street berakhir jatuh tertekan data ekonomi suram

id Wall Street,indeks Dow,indeks S&P 500,indeks Nasdaq

Saham-saham Wall Street berakhir jatuh tertekan data ekonomi suram

Seorang pria mengenakan masker saat berjalan di Wall Street selama wabah virus corona di New York. ANTARA/REUTERS/Sinéad Carew/am.

New York, (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena para investor mencerna sejumlah data ekonomi Amerika Serikat yang baru dirilis.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 101,78 poin atau 0,41 persen, menjadi 24.474,12 poin. Indeks S&P 500 turun 23,10 poin atau 0,78 persen, menjadi 2.948,51 poin. Indeks Komposit Nasdaq turun 90,90 poin atau 0,97 persen, menjadi 9.284,88 poin.

Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih rendah, dengan energi dan teknologi masing-masing turun 1,48 persen dan 1,4 persen, memimpin kerugian sektoral. Sektor industri berakhir naik 0,17 persen, satu-satunya kelompok yang membukukan keuntungan.

Di bidang data, klaim pengangguran awal AS mencapai 2,438 juta untuk pekan yang berakhir 16 Mei, Departemen Tenaga Kerja melaporkan Kamis (21/5/2020). Level minggu sebelumnya direvisi turun dari 2,981 juta menjadi 2,687 juta.

Selama sembilan minggu terakhir, lebih dari 38 juta orang Amerika telah mengajukan klaim asuransi pengangguran, karena ekonomi terus terhuyung-huyung di tengah penguncian untuk menahan penyebaran COVID-19.

Sementara itu, perusahaan-perusahaan sektor swasta AS melaporkan tingkat kontraksi kegiatan yang sedikit lebih lambat pada Mei, ketika ekonomi mulai dibuka kembali, penyedia informasi yang berbasis di London IHS Markit mengatakan pada Kamis (21/5/2020).

Indeks Komposit PMI (Indeks Manajer Pembelian) AS dari IHS Markit tercatat 36,4 pada Mei, naik dari 27,0 pada April, namun tetap menunjukkan penurunan tajam dalam aktivitas bisnis sejak pengukuran dimulai pada akhir 2009.

"Penurunan tajam dalam aktivitas bisnis pada Mei datang di belakang rekor penurunan pada April, menambah tanda-tanda bahwa PDB diatur untuk mengalami penurunan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kuartal kedua," Chris Williamson, kepala ekonom bisnis di IHS Markit, mengatakan dalam sebuah pernyataan. (*)