Parit Malintang, (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat akan menanggung seluruh biaya pengobatan Juni Arita (35), ibu satu anak yang menderita tumor ganas di Korong Pauah Manih, Nagari Koto Dalam Selatan, Kecamatan Padang Sago.
“Pembiayaan pengobatan Juni akan ditanggung Pemkab Padang Pariaman, dan kami akan memantau perkembangan kesembuhannya hingga bebas dari penyakit tumor ganas ini melalui RSUD Padang Pariaman," kata Bupati Padang Pariaman Ali Mukhni di Parit Malintang, Selasa.
Ia menyampaikan untuk menangani penyakit yang diderita Juni tersebut Pemkab Padang Pariaman hari ini akan membawanya ke RSUD Padang Pariaman guna menjalani ronsen.
Tindakan Pemkab Padang Pariaman ini pasca-sejumlah pihak mem-viralkan kondisi yang bersangkutan di media sosial dalam seminggu terakhir hingga menimbulkan simpati di masyarakat.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang memberikan informasi terkait kondisi Juni Arita ini," katanya.
Namun lanjutnya, ke depan sebaiknya informasi yang disampaikan ke media sosial dipastikan terlebih dahulu kebenarannya agar tidak ada informasi yang salah beredar ke masyarakat.
Baca juga: JKN menunggak, Juni Arita terpaksa berobat alternatif sembuhkan tumornya
Berdasarkan informasi yang beredar di media sosial, Juni Arita ini sudah dua tahun di Padang Pariaman dan tidak pernah mendapat perhatian pemerintah.
Ternyata Juni Arita ini merupakan perantau dari Pekanbaru, dan baru saja pulang kampung pada Februari 2020 sehingga belum terpantau oleh pihak terkait.
Sebelumnya, ibu satu anak di Korong Puah Manih, Nagari Koto Dalam Selatan, Kecamatan Padang Sago, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Juni Arita (36) menderita Gastro Intestinal Stromal Tumor (GIST) yaitu tumor yang berada di saluran cerna dan terkendala biaya pengobatan.
"Saya didiagnosis tumor semenjak 2016 dan semakin hari semakin parah hingga sekarang tidak bisa beraktivitas sehingga harus dibantu suami," kata Juni Arita di rumah orang tuanya di Kecamatan Padang Sago.
Selama ini, dia dan keluarga kecilnya merantau ke Pekanbaru dan memiliki usaha yang lancar, namun karena penyakitnya kian parah serta ekonomi keluarga semakin memburuk maka mereka memutuskan pulang kampung.
Meski dia pernah menjalani pengobatan di Jakarta, namun karena usaha yang dijalani gulung tikar sehingga memaksanya harus menjalani pengobatan alternatif di kampung halaman.
Pengobatan yang dijalani sekarang tidak terlepas dari kondisi ekonomi keluarga apalagi sang suami Dahnil Aprianto (41) saat ini tidak dapat bekerja karena harus mengurus sang istri dan seorang anaknya yang masih berusia tiga tahun. Sementara orang tuanya hanya petani.
"Dulu suami saya punya usaha, tapi semenjak mengurus saya usahanya tidak jalan lagi. Ya sekarang tidak ada lagi pemasukan," katanya.
Meskipun keluarganya terdaftar di Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), namun sudah tidak terbayar semenjak 2017 sehingga dipastikan tunggakan keluarga itu semakin besar. (*)