Jemaah: Sebaiknya ''Living Cost'' Diberikan di Mekkah

id Jemaah: Sebaiknya ''Living Cost'' Diberikan di Mekkah

Jemaah: Sebaiknya ''Living Cost'' Diberikan di Mekkah

Mekkah, (ANTARA) - Ketua Rombongan Delapan jemaah haji asal Sukabumi Jawa Barat kloter 19 embarkasi Jakarta (JKS) Dadang berpendapat sebaiknya uang 'living cost' yang jumlahnya 1500 riyal perjemaah dibagikan di Mekkah karena dalam praktiknya uang itu telah banyak terkuras sebelum jemaah haji tiba di Mekkah. "Sebagian jemaah telah membelanjakan sejumlah besar uangnya ketika jemaah masih berada di Medinah dan ketika telah berada di Mekkah mereka mengeluh kehabisan dana," kata Dadang ketika menyampaikan aspirasi jemaah rombongannya di Mekkah, Jumat. Ada jemaah yang tidak tahu kalau uang itu untuk membeli makanan sendiri di Mekkah karena mereka menganggap di Mekkah juga sama seperti di Medinah mereka diberi jatah nasi kotak setiap menjelang jam makan. "Padahal proses haji masih panjang," kata Dadang yang juga dibenarkan rekannya Dedy dari kelompok terbang yang sama dan tinggal di Sektor tiga di rumah 332 wilayah Rei Zakhir dan Zumaizah, Mekkah. Mengenai makanan, banyak jemaah yang kurang sesuai seleranya dengan jatah makan di Medinah sehingga makanan pembagian itu sebagian mubazir karena tidak dimakan. Masalah di pondokannya di Mekkah, katanya, semua jemaah ingin memasak karena selera makan tidak sesuai dengan makanan jadi yang dijual di Tanah Suci. Akibatnya, air yang disediakan hanya untuk minum menjadi kurang, karena air itu dipakai juga untuk memasak. Sementara, katanya, anggota rombongannya ketika di Medinah menjadi terpisah sejauh kira-kira enam kilometer. Itu terjadi karena penghuni pondokan itu bercampur dengan jemaah dari negara lain, seperti Pakistan, Yaman dan India. Sebaiknya di masa depan diusahakan agar kelompok dalam satu rombongan itu tidak terpisah jauh sehingga mudah melakukan koordinasi, ujarnya. "Ini naik lift saja harus antri lama sekali," kata Dadang menceritakan pengalamannya di Medinah yang satu jemaah meninggal ketika sedang antri lama menggunakan lift. Sementara itu, Ketua Perumahan Daker Mekkah Adil Abdul Wahid mengemukan sulit mencari tempat tinggal yang sesuai kapasitasnya dengan jumlah rombongan atau tepat dengan jumlah anggota satu kloter. "Jemaah Indonesia terkenal dengan boros air, mungkin dianggap air sungai mengalir di dekat rumah seperti di Tanah Air," kata Adil saat diminta konfirmasinya mengenai penggunaan air oleh jemaah Indonesia. Pemilik rumah yang disewa sering mengeluh masalah air, karena jatah air yang disediakan pemerintah tidak cukup bagi jemaah sehingga pemilik rumah harus menanggung kekurangannya, demikian Adil. (*/sun)