Pentingnya menjaga kesehatan mental tenaga medis yang merawat psien COVID-19

id Psikolog, kesehatan mental, covid-19

Pentingnya menjaga kesehatan mental tenaga medis yang merawat psien COVID-19

Seorang dokter membetulkan posisi kacamata pelindung saat berada di salah satu ruang modular di Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4/2020). Rumah Sakit darurat COVID-19 tersebut berkapasitas sebanyak 160 tempat tidur dalam ruangan dan 65 kamar isolasi bertekanan negatif untuk merawat pasien positif COVID-19 sesuai standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/aww.

Jakarta (ANTARA) - Kesehatan mental para tenaga medis yang merawat pasien COVID-19 perlu mendapatkan perhatian dan jika diperlukan harus melakukan identifikasi dengan bantuan psikolog terutama bagi yang sudah memiliki masalah psikologis sebelumnya, kata psikolog Annelia Sari Sani.

"Untuk yang di fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) sudah ada tenaga psikolog mungkin bisa berdiskusi dengan para psikolognya untuk mengidentifikasi tenaga kesehatan yang memang sudah memiliki masalah psikologis sebelum timbulnya pandemi ini," kata psikolog yang berpraktik di RSAB Harapan Kita itu dalam diskusi via konferensi video yang dimoderatori Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia di Jakarta, Rabu.

Hal itu perlu dilakukan, karena dalam situasi pandemi COVID-19 ini para tenaga medis mengalami tekanan baru yang akan memperparah kondisi seseorang yang sudah mengalami masalah psikologis sebelumnya.

Para tenaga medis, kata dia, bisa mengalami tekanan, baik dalam bentuk fisik maupun mental karena adanya wabah yang disebabkan virus corona baru itu.

Tekanan fisik dapat muncul ketika jam kerja yang lebih lama karena banyaknya pasien yang harus ditangani seiring dengan bertambahnya orang yang positif COVID-19.

Tidak hanya itu, gejala psikologis juga muncul dalam situasi krisis seperti saat ini, yaitu dalam bentuk timbul rasa takut terhadap penularan yang menimbulkan kecemasan, meningkatnya stres dan muncul rasa tidak kompeten.

Hal itu disebabkan dalam situasi seperti itu lingkungan kerja tenaga medis bisa menjadi sangat menekan ketika mereka dipaksa bekerja lebih cepat dari pada sebelumnya ditambah banyaknya protokol yang harus diikuti.

Bukan hanya di lingkungan dalam rumah sakit, ada pula tekanan di luar seperti munculnya stigma terhadap tenaga medis sebagai orang yang merawat pasien COVID-19, kata Annelia.

Karena itu, katanya dalam diskusi yang diadakan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) itu, perlu dilakukan beberapa langkah untuk menghadapi hal tersebut.

Dari sisi fisik, kata Koordinator Satuan Tugas Psikolog Klinis untuk Penanggulangan COVID-19 itu, mengusulkan adanya pengaturan jam kerja dan beban kerja untuk menghindari kelelahan, asupan gizi yang cukup dan rajin minum air.

Melakukan olahraga kecil seperti meregangkan badan di ruang khusus yang terpisah juga dapat membantu tenaga medis mengisi energi mereka.

"Kita harus waspada, terutama pihak manajemen, dengan adanya tingkat keparahan keluhan psikologis yang dialami. Kerja sama dengan layanan psikologis menjadi sangat penting, sehingga ketika kita bisa mengidentifikasi adanya masalah psikologis yang dialami tenaga kesehatan, kita bisa dengan segera untuk melakukan tindakannya," kata dia.