Angkasa Pura pastikan angin kencang tidak ganggu operasional penerbangan

id berita padang, berita sumbar, angin kencang, bandara minangkabau

Angkasa Pura pastikan angin kencang tidak ganggu operasional penerbangan

Penumpang menaiki pesawat udara menggunakan garbarata di Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman. (Antara/Ikhwan Wahyudi)

Padang Pariaman, Sumbar (ANTARA) - PT Angkasa Pura II selaku pengelola Bandara Internasional Minangkabau memastikan fenomena angin kencang dengan kecepatan hingga 60 kilometer per jam yang terjadi di Sumatera Barat tidak mengganggu operasional penerbangan

"Alhamdulillah sampai saat ini kondisi itu tidak mengganggu operasional penerbangan, semua berjalan normal," kata Executive General Manager (EGM) PT Angkasa Pura II Bandara Internasional Minangkabau Yos Suwagiyono di Padang Pariaman, Sabtu

Ia menyampaikan sesuai data yang disampaikan dari laporan final harian pada 21 Februari 2020, dari 66 pergerakan pesawat udara dengan total penumpang 8.092 orang bisa dikatakan tidak ada terjadi penundaan penerbangan yang diakibatkan faktor cuaca kondisi angin kencang.

"Secara operasional on time performance mencapai 66,66 persen dari total rata-rata keseluruhan penerbangan," ujarnya.

Ia berharap kondisi angin kencang ini tidak mengganggu jalannya operasional penerbangan di Bandara Internasional Minangkabau Padang Pariaman.

Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Meteroologi Minangkabau menyampaikan terjadi fenomena angin kencang di wilayah Sumatera Barat terutama di bagian barat Bukit Barisan.

"Berdasarkan data, kecepatan angin mencapai 60 kilometer per jam dengan cuaca cerah dan umumnya terjadi pada saat pagi hingga menjelang siang hari," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Minangkabau Sakimin.

Menurut dia fenomena angin kencang dan cuaca cerah tersebut karena adanya pengaruh angin timur laut di Sumatera Barat yang bergerak ke pusat tekanan rendah di Samudra Hindia.

Angin timur laut ini setelah melewati Bukit Barisan bersifat panas dan kering, sehingga menimbulkan pola inversi udara di lapisan atas atmosfer, kata dia.

Hasil pengamatan udara lapisan atas Stasiun Meteorologi Minangkabau menunjukkan terjadi proses pemanasan di lapisan 950mb yang menimbulkan inversi suhu udara atau suhu udara lapisan atas di atmosfer relatif lebih hangat dibanding di permukaan.

Hal ini menyebabkan terdapat proses pergerakan udara turun atau subsidensi, yang meningkatkan kecepatan angin turun terutama di lereng-lereng perbukitan hingga dataran rendah. Selain itu, arus udara subsidensi ini juga tidak mendukung proses pertumbuhan awan-awan sehingga kondisi cuaca di Sumatera Barat cenderung cerah, ujarnya.