Kabut asap penyumbang terbesar ISPA di Kabupaten Solok

id Ispa,dinas kesehatan solok,kabupaten solok

Kabut asap penyumbang terbesar ISPA di Kabupaten Solok

Masyarakat mengikuti senam yang diadakan pemerintah daerah setempat untuk meningkatkan derajat kesehatan. (ANTARA/HO-Dinas Kesehatan Solok)

Arosuka (ANTARA) - Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) menjadi penyakit yang paling banyak diidap masyarakat di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, sepanjang 2019, kata Pejabat pemerintah setempat.

"Dari data kami sepanjang 2019, penyakit ISPA menempati urutan pertama dalam 10 penyakit dominan, dengan 27.191 pasien," kata Kepala Dinas Kesehatan Maryeti Marwazi melalui Kasi Pelayanan Kesehatan Zulhelmi Syuib di Arosuka, Rabu.

Ia menyebutkan terjadi peningkatan pengidap ISPA pada 2019, dari sebelumnya 2018 sebanyak 21.157 pasien.

Menurutnya peningkatan pengidap ISPA pada 2019 dikarenakan bencana kabut asap kiriman pada Oktober 2019.

Kemudian penyakit lainnya yang dominan diidap masyarakat yaitu Hipertensi dengan 16.690 pasien, Gastritis dengan 11.388 pasien sepanjang 2019.

Pada urutan keempat, penyakit Reumatoid Artritis (peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri) dengan 10.025 pasien dan kelima diare tanpa dehidrasi dengan 5.405 pasien.

Data tersebut, ia katanya berdasarkan data dari pelayanan di 19 puskesmas di Kabupaten Solok.

Menurutnya pada 2018 sebelumnya penyakit rheumatik dan penyakit kulit alergi menjadi lima penyakit dominan yang diderita masyarakat.

Selain itu, ia menyebutkan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan mencegah penyakit berbahaya pihaknya membuat program penanggulangan penyakit kronis (Prolanis) di puskesmas yang ada di daerah tersebut.

Program tersebut bisa berbentuk senam atau sosialisasi kesehatan kepada masyarakat seperti mengajak masyarakat memakai obat herbal atau alami untuk penyakit ringan dan menanam tanaman obat keluarga (Toga) di rumah masing-masing.

Dinas Kesehatan juga membentuk satu kelompok asuhan mandiri (asman) untuk setiap nagari yang bertujuan memperkenalkan Toga dan mengajak masyarakat untuk mengolah obat dari tanaman tersebut.

Pihaknya akan melatih petugas dari setiap puskesmas untuk menanam dan mengolah obat alami sendiri kemudian membentuk buku pengolahan. Selanjutnya petugas puskesmas akan melatih kadernya dari masyarakat untuk membentuk kelompok.