Jakarta (ANTARA) - Salah seorang penyintas kanker payudara Siswantini Suryandari mengatakan setiap pasien atau pengidap penyakit kanker sebenarnya bisa beraktivitas seperti biasa layaknya orang normal.
"Selama ini orang-orang melihat pasien kanker itu tidak bisa beraktivitas, kepalanya botak dan sebagainya. Itu keliru," ujar dia di Jakarta, Selasa.
Sebab, jika pasien kanker hanya berdiam diri di rumah tanpa melakukan apa-apa, maka yang terjadi ialah muncul berbagai pemikiran negatif, stres serta depresi. Hal ini akan berbahaya baginya apalagi jika sedang menjalani kemoterapi.
"Dulu saat saya sedang kemo, saya bahkan menjalani aktivitas seperti biasa. Kalau bisa malah jalan-jalan untuk menikmati hidup sebagaimana orang normal lainnya," tambah dia.
Begitu pula dengan anggapan untuk membatasi makanan yang dikonsumsi oleh pengidap kanker, ia menilai selama ini banyak terjadi kekeliruan.
Penderita kanker dibatasi untuk mengonsumsi makanan ini dan itu, padahal mereka sebenarnya boleh makan daging sebagai sumber kekuatan saat menjalani kemoterapi.
Lihat saja, ujar dia justru para penyintas kanker seperti dirinya banyak terlihat segar sebab makanan yang dikonsumsi tadi. Asupan itu dibutuhkan untuk mendukung daya tahan tubuh saat terpapar sinar ketika menjalani radioterapi.
"Saya pribadi tidak bisa merasakan makanan apapun dulu, tapi saya tetap konsumsi dan membayangkan rasa dari makanan tersebut," katanya.
Apalagi, yang dibutuhkan pasien kanker setelah menjalani serangkaian pengobatan ialah segala upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran sel-sel kanker. Sebab apabila terdeteksi, maka pengobatan akan dimulai dari awal kembali.
"Dari sinilah, saya mengetahui setelah menjalani serangkaian proses pengobatan, dokter akan memprogram berat badan pengidap kanker termasuk yang sebenarnya dilarang adalah nasi," jelasnya.
Sementara Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit merilis bahwa kanker secara umum dipengaruhi oleh beberapa hal yakni diet, berat badan serta aktivitas fisik.
Namun terdapat faktor-faktor yang dapat menurunkan risiko terjadinya kanker tersebut. Tindakan itu dapat dilakukan sesuai dengan jenis kanker yang mungkin terjadi.
Faktor itu diantaranya makanan yang mengandung serat untuk mencegah kanker kolorektal, makanan mengandung selenium termasuk suplemen untuk mencegah kanker prostat dan mengonsumsi sayuran yang tidak mengandung zat tepung untuk menghindari kanker esofagus dan lambung. (*)
Berita Terkait
Guru Besar FKUI: Uap vape juga berbahaya pada orang di sekitar
Kamis, 7 Maret 2024 10:14 Wib
Ahli tegaskan vape miliki kandungan yang sama berbahaya dengan rokok
Kamis, 7 Maret 2024 9:16 Wib
Dokter paparkan faktor-faktor risiko osteosarkoma pada remaja
Kamis, 29 Februari 2024 20:31 Wib
Dokter sebut alasan kanker laring bisa munculkan gejala suara parau
Selasa, 27 Februari 2024 5:51 Wib
RS Unand terapkan layanan onkologi terpadu untuk tangani pasien kanker
Rabu, 21 Februari 2024 18:13 Wib
Dokter jelaskan faktor penyebab dan gejala kanker pada anak
Senin, 19 Februari 2024 13:46 Wib
Dokter: Lebam tanpa sebab bisa jadi gejala awal kanker pada anak
Kamis, 15 Februari 2024 12:45 Wib
Dokter: Dukungan keluarga penting guna penyembuhan anak yang kanker
Kamis, 15 Februari 2024 12:43 Wib