AS mengaku sangat senang Inggris sepakat mengganti perjanjian nuklir Iran 2015

id perjanjian nuklir Iran 2015,PM Boris Johnson,AS

AS mengaku sangat senang Inggris sepakat mengganti perjanjian nuklir Iran 2015

Sejumlah awak media mengikuti tur pembangunan kembali reaktor nuklir air berat di Kota Arak, Iran, Senin (23/12/2019). Iran meluncurkan pembangunan kembali sebagian reaktor air berat Arak pada hari Senin, sebuah langkah yang tidak melanggar batasan internasional namun menunjukkan mereka mengembangkan sektor ini meski dalam tekanan Amerika Serikat. ANTARA FOTO/West Asian News Agency via REUTERS/wsj.

Washington, (ANTARA) - Amerika Serikat "sangat senang" jika Perdana Menteri Inggris Boris Johnson sepakat dengan penilaian AS soal Iran, dengan pernyataannya yang mengutarakan keinginan untuk mengganti perjanjian nuklir Iran 2015, kata Wakil Khusus AS untuk Iran, Brian Hook kepada Reuters pada Selasa.

Hook menuturkan Washington mendukung langkah Prancis, Inggris dan juga Jerman untuk secara resmi mencetuskan mekanisme perselisihan dalam perjanjian nuklir Iran namun menambahkan bahwa AS secara ideal ingin mereka bergabung dalam upaya isolasi diplomatik terhadap Republik islam.

Presiden AS Donald Trump pada 2018 hengkang dari perjanjian nuklir yang dicapai di bawah pendahulunya Barack Obama. Trump menyebutkan perjanjian itu terlalu lemah dan sanksi baru akan memaksa Iran menerima ketentuan yang lebih ketat. Iran mengaku pihaknya tidak akan menjalani sanksi-sanksi yang berlaku.

Johnson pada Selasa mengatakan: "Jika kita hendak menyingkirkan itu, mari kita ganti dan menggantinya dengan perjanjian Trump."

"Kami sangat senang jika Perdana Menteri Johnson sepakat dengan penilaian kami. Tak banyak yang tersisa dari perjanjian nuklir Iran," kata Hook saat wawancara.

Hook menyebutkan Washington berharap bahwa Eropa akan sepenuhnya bergabung dengan upaya AS untuk melawan Iran.

"Kami berharap bahwa Eropa akan terus meminta pertanggungjawaban Iran. Kami ingin mereka bergabung dengan upaya diplomatik kami, isolasi diplomatik dan tekanan ekonomi yang menjadi syarat untuk mendapatkan perjanjian baru dan lebih baik," katanya. (*)