Aptisi: Jadikan Insiden Cebongan Momentum Perangi Premanisme
Yogyakarta, (Antara) - Insiden penembakan empat tahanan Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Cebongan perlu dijadikan momentum untuk memerangi premanisme, kata Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia Edy Suandi Hamid.
"Insiden tersebut dan runtutan peristiwa yang melatarbelakanginya harus menjadi komitmen bersama untuk memerangi aksi premanisme agar tidak hanya sekadar ucapan atau formalitas belaka," katanya di Yogyakarta, Senin.
Menurut dia, Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) mendukung upaya menciptakan Yogyakarta sebagai kota bebas premanisme, kota budaya, kota pendidikan, dan sebagai daerah istimewa.
"Yogyakarta sebagai daerah istimewa terangkum dalam UU Nomor 13 Tahun 2012 yang merupakan instrumen yuridis demi berjalannya pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang demokratis dan terwujudnya kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, Aptisi menolak segala bentuk dan praktik premanisme yang telah menjadi perusak keamanan dan kenyamanan masyarakat. Dengan demikian, citra Yogyakarta sebagai ikon kota pendidikan, kota budaya, dan kota pariwisata yang aman diharapkan dapat tetap terjaga.
"Namun demikian, upaya pemberantasan premanisme tersebut harus tetap berjalan dalam koridor hukum dan hak asasi manusia (HAM). Tindakan main hakim sendiri, baik oleh aparat maupun masyarakat sudah seharusnya dihindari," kata Edy yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Ia mengatakan, Aptisi juga mengapresiasi dan memberikan dukungan penuh terhadap kinerja tim investigasi dari TNI AD, yang dengan cepat berhasil mengungkap pelaku penembakan tahanan LP Cebongan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,.
"Aptisi secara penuh mendukung upaya penegakan dan proses hukum para pelaku agar dijalankan secara objektif dengan mengedapankan prinsip kedudukan yang sama di hadapan hukum dan prinsip-prinsip keadilan," katanya. (*/jno)