Revolusi industri 4.0, LIPI: bisa berdayakan UMKM

id Revolusi industri ,LIPI,UMKM,revolusi industri 4.0

Revolusi industri 4.0, LIPI: bisa berdayakan UMKM

Peneliti kebijakan dan manajemen iptek LIPI Purnama Alamsyah (ujung kanan) dalam diskusi publik soal revolusi industri 4.0 yang diadakan LIPI di Jakarta Selatan, Kamis (12/12) (ANTARA/Prisca Triferna)

Jakarta (ANTARA) - Revolusi industri 4.0 tidak hanya bisa berlaku untuk manufaktur besar tapi dapat juga memberdayakan usaha kecil dan menengah (UMKM), menurut peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Purnama Alamsyah.

"UKM merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. UKM menyumbang 99 persen dari seluruh bisnis yang ada, memperkerjakan 89 persen angkatan kerja sektor swasta dan berkontribusi 57 persen pada produk domestik bruto (PDB)," ujar peneliti di Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Iptek LIPI itu dalam acara dialog publik mengenai kesiapan Indonesia hadapi Revolusi Industri 4.0 yang diadakan di Jakarta Selatan, Kamis.

Revolusi Industri 4.0 adalah era di mana terjadi tren otomasi dan digitalisasi dengan hampir semua besar proses akan melalui sistem internet untuk menghasilkan sistem pabrik yang cerdas.

Perkembangan revolusi industri yang terbaru juga berjalan secara masif dibandingkan generasi sebelumnya yang menyebabkan adanya dampak signifikan bagi berbagai sektor dan pekerjaan yang ada saat ini, termasuk sektor UMKM.

Pasar digital dan layanan daring, yang termasuk dalam Revolusi Industri 4.0, memungkinkan pemberdayaan UMKM dengan cara yang luas termasuk dalam hal bertransaksi, menurut Purnama.

Tidak hanya itu, kehadiran Revolusi Industri 4.0 juga menghadirkan teknologi disruptif seperti kecerdasan buatan, internet of things (IoT), kendaraan otonom dan rekayasa genetika yang akan memberikan dampak kepada sistem sosial, ekonomi dan politik yang ada saat ini.

Selain itu, menurut Kepala Pusat Penelitian Kebijakan dan Manajemen Iptek dan Inovasi LIPI Dudi Hidayat, dampak Revolusi Industri 4.0 kepada tiap negara juga berbeda satu dengan lainnya.

Hal itu disebabkan karena negara berkembang dan negara maju, menurut dia, memiliki realitas perekonomian yang unik dan tidak bisa dibandingkan satu sama lain.

"Sebagai negara berkembang, Indonesia memiliki realitas ekonomi sendiri serta kondisi sosial dan politik yang berbeda sehingga perlu solusi yang sesuai dan tepat," tegas dia, yang juga hadir dalam dialog publik tersebut.

LIPI mengadakan dialog publik berjudul "Revolusi Industri 4.0: Siapkah Indonesia?" untuk memaparkan hasil penelitian terkait kesiapan Indonesia menghadapi Revolusi Industri 4.0 sekaligus memberikan rekomendasi kebijakan untuk segala pemangku kepentingan.