Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sumatera Barat Herry Martius di Padang, Rabu mengatakan secara teknis bahan bakar non subsidi seperti pertalite atau pertamax lebih baik dalam sisi pembakaran di kendaraan dibandingkan dengan premium.
“Sebetulnya pertamax jauh lebih bagus untuk mesin namun karena harganya tinggi masih ada pertalite yang dijual dengan margin yang tipis dengan premium,” kata dia.
Menurutnya pertalite sendiri memiliki RON 90 dan lebih tinggi dari premium sehingga apabila dikonsumsi secara terus menerus akan berdampak bagus pada mesin.
Ia menjelaskan penggunaan premium yang miliki nilai oktan rendah atau RON 88 akan menimbulkan masalah pada ruang bakar kendaraan. Menurut dia bahan bakar yang memiliki oktan rendah akan menghasilkan penumpukkam sisa hasil pembakaran di mesin.
Sisa pembakaran itu, katanya menumpuk sehingga menimbulkan permasalahan di mesin baik yang menggunakan sistem karburator maupun sistem injeksi.
Selain itu untuk mobil dengan sistem injeksi, perusahaan mobil sudah menganjurkan untuk mengonsumsi bahan bakar berkualitas agar mesin awet dan tidak terjadi kerusakan.
Ia mengatakan premium sendiri cocok untuk kendaraan dengan pembuatan pada 2015 ke bawah dan untuk kendaraan dengan tahun pembuatan di atas 2016 sudah disarankan menggunakan bahan bakar non subsidi.
“Kami juga mengeluarkan Pergub menguatkan Perpres Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak. Pergub ini meminta seluruh kendaraan dinas pemprov, TNI, Polri dan lainnya tidak menggunakan bahan bakar subsidi,” kata dia.
Menurut dia bahan bakar bersubsidi khusus diperuntukkan bagi masyarakat yang membutuhkan seperti untuk bahan bakar pertanian, alat tansportasi dan lainnya sesuai dengan aturan yang ada.
“Kita terus mendorong masyarakat menggunakan bahan bakar berkualitas sehingga bahan bakar bersubsidi dapat tepat sasaran bagi masyarakat yang membutuhkan,” kata dia. (*)
