Omzet UKM mukena kerancang Jaliza Collection Sulik Air capai Rp50 juta perbulan

id UKM mukena kerancang,Jaliza Collection ,kabupaten solok,berita solok,solok terkini,berita sumbar,sumbar terkini

Omzet UKM mukena kerancang Jaliza Collection Sulik Air capai Rp50 juta perbulan

Proses pembuatan mukena sulam timbul dan yang menggunakan mesin di Nagari Sulik Air, Kecamatan X Koto Singkarak. (Omzet UKM mukena kerancang)

Arosuka, (ANTARA) - Omzet Usaha Kecil Menengah (UKM) mukena kerancang Jaliza Collection di Nagari Sulik Air, Kecamatan X Koto Singkarak, Kabupaten Solok, Sumatera Barat mencapai Rp20 juta perbulan, bahkan bisa menembus hingga Rp50 juta pada Lebaran Idul Fitri.

"Untuk penjualan satu set mukena dihargai mulai Rp600 ribu hingga Rp3,5 juta tergantung bahan, motif dan kerumitan motifnya. Setiap bulannya kami bisa memproduksi sekitar 50 hingga 100 mukena dan dasar baju," kata Pemilik Jaliza Collection, Azwirda di Koto Baru, Senin.

Dengan produksi sebanyak itu, sebagian akan diambil oleh Toko Silungkang. sebagian lagi dijual per item atau dikirim ke Kota Bukittinggi.

"Untuk bulan puasa dan lebaran, kami telah menyiapkan stok terlebih dahulu, sehingga terjual lebih banyak dari biasanya, sampai ratusan mukena kerancang dan sulaman timbul terjual," kata dia.

Apalagi mukena kerancang pembuatannya lebih lama, dan motifnya rumit jadi harganya lebih mahal dari mukena sulam bayang atau sulam timbul.

Selain mukena kerancang, produk kami juga ada mukena dengan sulam timbul atau sulam bayang. Selain itu juga ada kain dari sulam timbul atau bayang.

Ia menyebutkan motif paling banyak dibuat untuk mukenanya bentuk bunga bersulur dengan daunnya. Untuk pembuatan mukena kerancang dihasilkan dalam waktu sebulan, sedangkan mukena bersulam timbul atau bayang membutuhkan waktu seminggu hingga dua minggu.

Kelompok penjahit Jaliza Collection memiliki karyawan sekitar 15 orang, dengan sistem tidak tetap dan bekerja dari rumah masing-masing.

Pasar produksinya juga sudah ke luar Sumbar seperti Pekanbaru, Jambi dan lainnya. Produknya juga diambil oleh Toko Silungkang di Sawahlunto sebagai pemasok langganan dan telah dijual ke berbagai daerah di Indonesia.

Pada mulanya karyawan bisa menyulam atau menjahit kerancang, ada yang memang mempunyai kemampuan otodidak, dan ada yang diajarkan terlebih dahulu.

Permasalahan yang kadang terjadi yaitu kesulitan mempertahankan karyawan. Karena sudah banyak pesaing, karyawannya kadang berpindah ke pengusaha yang lain.

Sementara Kepala Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan, Eva Nasri melalui Kepala Bidang (Kabid) UKM, Dien Rillawati menyebutkan pihaknya selalu berusaha mendorong perkembangan berbagai UKM sehingga lebih maju dan produktif.

"Hingga saat ini dari data kami ada sekitar 12.985 UKM di Kabupaten Solok dengan dominan usaha perdagangan seperti makanan ringan dan kerajinan tangan," sebutnya.

Ia mengatakan pada 2019, dinasnya juga memberikan pelatihan kewirausahaan seperti manajemen keuangan untuk mendukung pengetahuan UKM. Pelatihan terakhir pada 30 Juni hingga 2 Juli 2019 yang diikuti 35 UKM dari berbagai bidang. (*)