Miris nian, demi solar sopir truk di Agam rela tidur sambil mengantre di SPBU

id sopir truk,antre di spbu,sopir truk tidur di spbu ,berita agam,berita sumbar,kelangkaan BBM

Miris nian, demi solar sopir truk di Agam rela tidur sambil mengantre di SPBU

​​​​​​​Sejumlah sopir sedang istirahat beralasan terpal plastik di SPBU Gunung Sago Kecamatan Lubukbasung, Kabupaten Agam, Jumat (15/11).  (Antara Sumbar/Yusrizal)

Lubukbasung, (ANTARA) - Sejumlah sopir truk di Kabupaten Agam, Sumatera Barat rela tidur di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) mengantre demi mendapatkan solar agar usahanya tetap jalan pasca-langkanya jeni bahan bakar tersebut sejak sebulan terakhir.

Salah seorang sopir Suhatril (67) di Lubukbasung, Jumat, mengatakan ia mengantre di SPBU Gunung Sago Lubukbasung semenjak Kamis (14/11) sekitar pukul 10.00 WIB.

"Saya terpaksa tidur di atas mobil saat antrean di SPBU Gunung Sago demi mendapatkan solar, karena BBM di mobil sudah habis dan mobil tidak bisa jalan," katanya.

Ia mengakui sudah tiga kali tidur di mobil saat antrean di SPBU setelah solar langka semenjak sebulan lalu.

Hal ini dilakukan demi mendapatkan solar, dan apabila tidak antrean maka tidak akan mendapatkan solar.

"Minyak datang satu kali dalam dua hari, dan saya terpaksa tidur di SPBU Gunung Sago demi mendapatkannya," katanya.

Sementara sopir truk lainnya Wardi (44) menambahkan pihaknya beserta sopir lainnya tidur di taman SPBU Gunung Sago menggunakan terpal plastik.

"Kami tidur secara bersama-sama di terpal yang sengaja dibawa dari rumah. Saat waktu makan datang, nasi kami beli ke rumah makan terdekat dan kami makan bersama-sama," katanya.

Wardi berharap pemerintah bisa mengatasi kelangkaan solar secepat mungkin, agar usahanya menjual jagung untuk pakan ikan berjalan dengan baik, karena solar tersebut kebutuhan dasar untuk kendaraan.

Apabila solar tidak ada, tambahnya, maka mobil tidak bisa jalan untuk membawa jagung, material bangunan, membawa penumpang dan sopir lain.

"Saat pengiriman jagung secara mendesak, saya terpaksa membeli solar eceran dengan harga Rp8.000 sampai Rp10.000 per liter," kata dia.

Manajer SPBU Gunung Sago, Fadli Ilham menambahkan kelangkaan solar terjadi akibat pengurangan kuota sebesar sembilan persen oleh pihak pertamina.

Namun pada Jumat (15/11), Pertamina menambah kuota solar ke Sumbar. Untuk SPBU Gunung Sago, Delivery Order (DO) solar dalam perjalanan sebanyak 16.000 liter.

"Kita berharap kelangkaan itu akan teratasi, sehingga kendaraan tidak antrean lagi di SPBU," katanya.

Ia mengakui DO solar ke SPBU itu sebesar 8.000 sampai 16.000 per liter setiap kali pengiriman. Sementara kebutuhan solar sekitar 12.000 sampai 13.000 liter per hari.

Dengan langkanya solar itu, maka seluruh yang masuk habis seluruhnya sekitar delapan jam pengoperasian pompa.

"Ini akibat persediaan minyak di SPBU lain tidak ada, sehingga mobil mengarah ke sini," katanya. (*)