Khaled Meshaal Terpilih Kembali Sebagai Pemimpin Hamas

id Khaled Meshaal Terpilih Kembali Sebagai Pemimpin Hamas

Kairo, (Antara/Xinhua-OANA) - Dewan Shura HAMAS, badan tertinggi pembuat keputusan kelompok pejuang Palestina itu, Senin malam (1/4), memutuskan di Ibu Kota Mesir, Kairo, untuk memberi pemimpinnya saat ini Khaled Meshaal masa jabatan baru, kata kantor berita resmi Mesir, MENA. Proses pemilihan internal HAMAS tersebut dilakukan nyaris rahasia. Pemilihan diselenggarakan di kalangan orang yang tinggal di wilayah Palestina, lalu di kalangan anggota dan pendukung HAMAS di penjara Israel dan anggota HAMAS di pengasingan. Selama pertemuan pada Senin, Meshaal dipilih sebagai pemimpin politbiro HAMAS secara aklamasi untuk masa jabatan baru, kata seorang pejabat sebagaimana dikutip MENA. Meshaal (56) telah memimpin biro politik HAMAS sejak 1996. Tahun lalu, ia mengumumkan ia takkan mencalonkan diri untuk masa jabatan baru. Namun sebelumnya beberapa sumber mengatakan kepada Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi-- Qatar, Mesir dan Turki memohon kepada Meshaal agar tetap memangku jabatan, dan mengatakan bukan waktunya buat dia untuk mundur. Anggota Dewan Shura, termasuk mereka yang berasal dari Jalur Gaza juga dilaporkan telah mendorong Meshaal agar menarik keinginannya untuk mundur. "Keputusan tersebut muncul dari saran Mesir dan Qatar, kendati ada peraturan internal politbiro HAMAS. Berdasarkan peraturan itu, tak seorang pun dapat memangku jabatan lebih dari dua kali masa jabatan secara bertutur-turut," kata Abdel Qadder Yasseen, ahli politik Palestina yang berpusat di Kairo, kepada Xinhua. Sementara itu Ahmed Youssef, seorang pembantu Perdana Menteri HAMAS Ismail Haneya, mengatakan Meshaal memiliki posisi berbeda di dalam gerakan tersebut dan satu posisi penting di wilayah itu serta mendapat penghormatan dari banyak negara, terutama Turki dan Mesir. Tekanan atas Meshaal agar tetap memangku jabatan meningkat setelah ia melakukan kunjungan bersejarah ke Jalur Gaza, yang dikuasai oleh gerakannya sendiri, pada Desember 2012. Awal tahun lalu, Meshaal meninggalkan pangkalan lamanya di di Ibu Kota Suriah, Damaskus, dan menghindari tekanan dari Pemerintah Suriah agar ia memihak Presiden Bashar al-Assad. Sejak itu, ia kebanyakan telah menetap di Ibu Kota Qatar, Doha. (*/sun)