Harga minyak dunia naik didukung harapan pengurangan pasokan OPEC, pelemahan dolar

id harga minyak,minyak berjangka,minyak WTI,minyak Brent

Harga minyak dunia naik didukung harapan pengurangan pasokan OPEC, pelemahan dolar

Ilustrasi pompa minyak dan grafik kenaikan harga minyak. ANTARA/Shutterstock/pri

Houston, (ANTARA) - Harga minyak naik pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didukung tanda-tanda bahwa OPEC dan produsen sekutunya akan terus mengekang pasokan pada Desember serta pelemahan dolar AS karena para pedagang menutup posisi jangka pendek jelang laporan industri mengenai persediaan minyak mentah AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember, naik 0,68 dolar AS atau 1,16 persen, menjadi ditutup pada 59,42 dolar AS per barel pada London ICE Futures Exchange.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November meningkat 0,55 dolar AS atau 1,04 persen, menjadi 53,36 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Tetapi harga minyak memangkas keuntungan investor setelah data industri menunjukkan peningkatan yang lebih besar dari perkiraan dalam persediaan minyak Amerika Serikat. Brent turun tipis menjadi 59,15 dolar AS dan WTI menjadi 53,07 dolar AS per barel.

Persediaan minyak mentah AS dalam sepekan hingga 11 Oktober naik menjadi 432,5 juta barel, menurut laporan mingguan American Petroleum Institute (API) menjelang data stok pemerintah yang akan dirilis Kamis waktu setempat. Stok minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pusat pengiriman naik 1,6 juta barel, kata API.

Analis memperkirakan persediaan minyak mentah AS naik sekitar 2,8 juta barel untuk minggu lalu.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu-sekutunya bertemu pada 5-6 Desember di Wina untuk meninjau kebijakan produksi mereka.

Pelaku pasar percaya bahwa kelompok yang dikenal sebagai OPEC+ dapat memutuskan untuk memperpanjang pemotongan produksi "dan menunggu sampai permintaan dunia mengejar situasi pasokan," kata Andy Lipow, presiden Lipow Oil Associates di Houston.

Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo mengatakan pengurangan produksi yang lebih dalam adalah sebuah pilihan. Pada Selasa (15/10/2019), ia mengatakan OPEC akan melakukan apa yang bisa dilakukan dengan produsen sekutu untuk mempertahankan stabilitas pasar minyak setelah 2020.

OPEC, Rusia dan produsen lain telah sepakat untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,2 juta barel per hari hingga Maret 2020.

"Anda memang melihat sekretaris jenderal OPEC mengatakan OPEC dapat bertindak untuk menjaga stabilitas pasar, dan jika kita kembali di bawah tekanan lagi kita mungkin akan melihatnya lagi," kata Gene McGillian, wakil presiden riset pasar di Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

Pada awal perdagangan, harga telah merosot karena kekhawatiran tentang melemahnya permintaan untuk bahan bakar ketika pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dan perkiraan kenaikan lebih lanjut dalam persediaan minyak mentah AS.

Dolar melemah setelah data penjualan ritel AS mengecewakan investor. Minyak diperdagangkan dalam dolar AS, jadi minyak biasanya naik ketika dolar AS jatuh.

“Dolar sedang terpukul sekarang. Dolar didorong ke wilayah yang belum kita lihat sejak sebulan lalu," kata Joshua Graves, ahli strategi pasar senior di RJO Futures. "Jika itu (dolar) terus dijual, itu akan terus meningkatkan harga minyak."

Pada Selasa (15/10/2019), Dana Moneter Internasional memberi data yang memicu kekhawatiran tentang permintaan minyak mentah ketika mengatakan perang perdagangan AS-China akan memangkas pertumbuhan global 2019 menjadi yang paling lambat sejak krisis keuangan 2008-2009.

"Pasar oversold kemarin pada pembicaraan tentang penumpukan besar dalam persediaan," kata Phil Flynn, analis energi senior di Price Futures Group di Chicago. "Kami melihat beberapa short covering menjelang laporan (API) malam ini."

Optimisme tentang kesepakatan Brexit yang sudah dekat telah mendukung harga, meskipun ini memudar setelah sumber Uni Eropa mengatakan pembicaraan terhenti. Para analis telah mengatakan perjanjian yang menghindari Brexit tanpa kesepakatan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak. (*)