Padang, (ANTARA) - Sosiolog Universitas Andalas (Unand) Padang Dr Elfitra menilai pemulangan warga Minang yang menjadi korban kerusuhan di Wamena bukan solusi yang tepat karena yang lebih penting adalah menjamin keamanan warga di daerah itu.
"Yang terpenting adalah bagaimana pihak keamanan dan pemerintah setempat menjamin keselamatan warga, apalagi Wamena masih bagian dari Indonesia dan orang Minang memiliki kewarganegaraan yang sama," kata dia di Padang, Rabu.
Menurutnya perantau Minang di Indonesia bagian timur sudah ada yang menetap beberapa generasi serta lahir di sana hingga menganggap Papua sebagai kampung mereka.
"Pemerintah harus membuat sejumlah pilihan, tidak mutlak harus dipulangkan semua, tetapi bagi yang ingin kembali ke kampung halaman tentu difasilitasi," ujarnya.
Ia menilai pelaku kerusuhan diduga bukan warga setempat dan yang jadi korban bukan hanya pendatang saja.
Terkait dengan fenomena merantau warga Minang dari Sumatera Barat hingga ke Wamena Papua ia melihat hal ini terjadi karena daerah rantau di kota besar sudah mengalami kejenuhan ekonomi.
"Idealnya kan merantau itu dari desa ke kota, akan tetapi jika di kota persaingan sudah ketat dan ruang usaha kian menyempit akhirnya banyak yang memilih ke daerah lain yang sedang berkembang," ujarnya.
Ia menilai pilihan masyarakat dalam memutuskan daerah tujuan rantau salah satunya adalah daerah yang dianggap berkembang dan memiliki potensi yang bagus.
Apalagi pada akhir orde baru kebijakan pembangunan mengarah pada Indonesia timur sehingga daerah tersebut menjadi salah satu tujuan perantauan warga Minang, ujarnya.
Ia mengemukakan karena pesatnya perkembangan menyebabkan daerah Indonesia timur menjadi pilihan bagi orang Minang untuk merantau.
"Di Papua contohnya karena keandalan menjembatani kebutuhan masyarakat akhirnya perantau Minang bisa eksis di sana," katanya.
Ia menambahkan kendati ada perbedaan budaya, etnis dan agama tapi karena perkembangan ekonomi bagus itu yang menjadi pertimbangan.
Sebelumnya sejumlah perantau asal Sumatera Barat (Sumbar) mendarat di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman, pada Kamis (3/10) memilih tinggal di kampung hingga suasana di Wamena, Papua kembali kondusif.
"Saya memilih pulang kampung dulu karena mengingat keselamatan istri dan anak, sampai situasi benar-benar kondusif dan normal kembali," kata salah seorang perantau Defrizul (45), diwawancarai saat sampai di BIM.
Setelah kondisi sudah benar-benar kondusif, ia berencana kembali ke Wamena.
"Alasannya karena di sana (Wamena) terasa enak berusaha dan bisa berbaur antar sama, kalau pelaku kerusuhan sekarang ini kan datang dari luar," katanya.
Berita Terkait
KPU Padang Panjang Sosialisasikan Pilkada November 2024
Jumat, 29 Maret 2024 4:15 Wib
Petani terdampak erupsi Marapi terima Bansos Pemkot Padang Panjang
Jumat, 29 Maret 2024 4:13 Wib
Penjualan kue kering di Pasar Jatinegara Jakarta
Kamis, 28 Maret 2024 16:24 Wib
KPU minta MK tolak gugatan atas hasil pilpres
Kamis, 28 Maret 2024 16:21 Wib
Unjuk rasa tuntut pembayaran THR di Yogyakarta
Kamis, 28 Maret 2024 16:18 Wib
Manajemen usulkan dua stadion jadi kandang Semen Padang FC
Kamis, 28 Maret 2024 15:47 Wib
Dugaan penipuan jual beli mobil bekas taksi di Bekasi
Kamis, 28 Maret 2024 14:24 Wib
Paket Ramadhan untuk petugas kebersihan di Banda Aceh
Kamis, 28 Maret 2024 13:55 Wib