Muhammadiyah: Peristiwa Lapas Sleman Runtuhkan Wibawa Negara

id Muhammadiyah: Peristiwa Lapas Sleman Runtuhkan Wibawa Negara

Muhammadiyah: Peristiwa Lapas Sleman Runtuhkan Wibawa Negara

Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin. (Antara)

Jakarta, (Antara) - Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan peristiwa penembakan terhadap empat orang tahanan di lembaga pemasyarakatan (lapas) Cebongan, Sleman, Yogyakarta, telah meruntuhkan wibawa negara. "Saya tidak bisa berkata-kata lagi dengan terjadinya aksi kekerasan demi kekerasan, termasuk yang diduga dilakukan aparat negara di Lapas Sleman. Ini sungguh meyakinkan kita bahwa wibawa negara dan pemerintah itu sudah runtuh," kata Din Syamsuddin di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis. Dia mengatakan dalam menyikapi peristiwa ini pemimpin negara tertinggi yakni presiden tidak bisa hanya memberikan pernyataan-pernyataan belaka. "Tidak boleh oleh presiden hanya dijawab negara tidak boleh kalah, yang selalu diulang-ulang, karena kalau itu diulang-ulang sesungguhnya negara sudah kalah. Masalah mendasar pada era reformasi sekarang ini 'law inforcement' yang lemah," kata dia. Din mengatakan presiden tidak bisa hanya berdiam diri saja dan hanya mengeluarkan pernyataan demi pernyataan yang sejatinya memang sudah terjadi. "Kalau dikatakan ini meruntuhkan wibawa negara ya memang iya, lantas apa. Kalau dikatakan bahwa negara tidak boleh kalah, ya iya, memang sudah kalah, lantas 'so what'. Ini yang terus terang saya tidak habis-habisnya menyampaikan karena sudah kehilangan kata-kata," ujar dia. Din menilai jika peristiwa serupa terus-menerus berlanjut sejatinya Indonesia sudah masuk kepada sebuah gejala nyata yakni sebagai negara gagal. Lebih lanjut dia menilai peristiwa penembakan sekelompok orang terhadap empat tahanan titipan di Lapas Cebongan, Sleman, jelas merupakan aksi terorisme yang langsung ditujukan kepada lapas sebagai salah satu lambang negara. Pada kasus ini menurutnya polisi sudah selayaknya menurunkan pasukan detasemen khusus (densus). "Densus jangan hanya berani pada masyarakat, apalagi masyarakat Islam. Mengapa kalau terjadi perampokan yang dituduh dilakukan teroris, tahu-tahu dua hari kemudian ditangkap, sedangkan peristiwa ini sudah berhari-hari," ujarnya. Sebelumnya terjadi peristiwa penyerangan yang dilakukan sekelompok orang terhadap empat tahanan di lapas Cebongan, Sleman pada Sabtu (23/3) dini hari. Kapolda Daerah Istimewa Yogyakarta Brigjen Polisi Sabar Raharjo mengatakan Lembaga penyerangan dilakukan sekelompok orang bersenjata api dan menembak mati empat tersangka pengeroyokan anggota TNI yang dititipkan di lapas tersebut. "Penyerangan pada sekitar pukul 02.00 WIB itu dilakukan oleh sekitar 17 orang. Mereka masuk ke lapas dengan cara melompat pagar," kata Sabar Raharjo. Menurut dia, setelah berhasil masuk area lapas, para pelaku memaksa petugas jaga menunjukkan sel keempat tahanan kasus pengeroyokan di Hugo's Cafe, Sleman, yang mengakibatkan anggota Kopassus Grup II Kandang Menjangan meninggal dunia. Dia mengatakan kelompok penyerang juga membawa semua CCTV yang ada di lokasi. Sumber di Lapas Cebongan yang meminta namanya tidak disebutkan mengatakan kelompok penyerang sempat menembaki pintu lapas, dan meledakkannya. Kemudian mereka masuk ke lapas, dan mencari empat pelaku penganiayaan terhadap anggota TNI AD itu. LSM Setara Institute menyatakan peristiwa itu pantas diduga dilakukan oleh oknum Kopassus. "Sangat sulit menyangkal ini terlatih. Kalau ini pantas diduga dilakukan oleh oknum Kopassus dan ini belum lagi fakta terlatih, penggunaan senjata dan saya dengar ada penyelidikan, mereka menggunakan bahasa komando dan sebagainya," kata Ketua Setara Institute, Hendardi. Namun sejauh ini Kopassus Grup II Kandang Menjangan telah menegaskan tidak terlibat dalam peristiwa tersebut. Hingga saat ini pihak kepolisian masih bekerja melakukan investigasi terkait peristiwa tersebut. (*/jno)