Padang (ANTARA) - Stunting atau anak bertubuh pendek menjadi persoalan yang cukup serius di Indonesia, tak terkecuali pada beberapa daerah di Sumbar termasuk Pasaman Barat.
Kabupaten pemekaran dari Pasaman dan terletak berbatasan dengan Pesisir Sumatera Utara tersebut disebut Dinas Kesehatan Sumbar sebagai salah satu wilayah yang memiliki potensi stunting pada balita cukup tinggi di Sumbar yakni mencapai 51,54 persen.
Artinya dari 100 orang balita sekira 50 persen mengalami stunting.
Bahkan dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) sekira 23.435 balita di Pasaman Barat memiliki potensi terkena stunting. Ditambah dengan survei Dinas Kesehatan Sumbar pada 2017 sekira 19,1 persen di wilayah tersebut berisiko tumbuh dengan tubuh pendek.
Bahkan pada survei pembaruan yang dilakukan Dinas Kesehatan Pasaman Barat sendiri ditemukan 10 Nagari yang berisiko memiliki prevelansi balita stunting cukup tinggi dari 20 puskesmas yang ada di kabupaten. Antara lain Puskesmas Parit, Ranah Salido, Simpang Empat, Aia Gadang, dan Kinali.
Permasalahan yang dialami masyarakat yaitu belum pernah mendapatkan pelayanan mengenai pencegahan stunting karena akses pelayanan kesehatan dari petugas kesehatan ke nagari tersebut cukup sulit terutama karena kondisi geografis daerah setempat yang sulit dijangkau.
Persoalan lain yakni tingginya angka kejadian stunting pada Kabupaten Pasaman Barat. Kemudian banyaknya jumlah balita namun kurangnya penyuluhan kesehatan tentang tumbuh kembang anak dan nutrisi pada anak dan belum efektif dan efesiennya sarana dan prasarana untuk mendeteksi tumbuh kembang balita di masyarakat.
Atas dasar inilah tim pengabdian masyarakat Unbrah melakukan upaya untuk mencegah bertambah dan berkembangnya stunting di Pasaman Barat. Upaya yang dilakukan dengan mengarahkan nagari yang berisiko tersebut untuk membuat Bilik Pantau Tumbuh dan Kembang Balita atau disingkat Tumbang.
Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan sosialisasi dan pelatihan penyegaran pengetahun kepada dua orang bidan dan dua orang kader posyandu per nagari yang berisiko tersebut yang terpilih oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman Barat. Kesepuluh nagari itu yakni Air Bangis, Kajai, Talu, Sinuruik, Batahan, Parit, Ujung Gading, Sungai Aur, Rabi Jongor, dan Katiagan.
Sosialisasi dan pelatihan ini mengacu pada penyegaran pengetahuan tentang stunting, deteksi dini tumbuh kembang balita termasuk pencegahan dengan diajarkan membuat nutrisi sehat dan bergizi, serta pembuatan bilik tumbang.
Awal Kegiatan ini dilaksanakan pada 11 Juli 2019 di Dinkes setempat dengan mengundang salah satu dokter anak terbaik di Sumbar yaitu ibu dr. Laura Zeffira, Sp. A. M.Biomed yang juga mengajarkan tentang Pentingnya Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Dalam Pencegahan Stunting.
Kemudian, Ibu Dr. Eva Yuniritha, M.Biomed yang memberikan materi tentang Nutrisi dan pengolahan makanan pada anak dalam pencegahan stunting dan ibu Novi Yenni, S.Gz tentang Gizi dalam pencegahan stunting.
Selanjutnya dua orang bidan dan dua orang kader tersebut membangun bilik tumbang di nagari masing-masingnya dengan kreativitas sendiri. Hal ini penting sebab dalam evaluasi nantinya, bilik tumbang yang terbaik akan dijadikan percontohan untuk pencegahan dini stunting di Pasaman Barat.
Setiap bulannya tim pengabdian melakukan monitoring atau pengawasan pada semua bilik Tumbang tersebut dan dilihat perkembangannya.
Kegiatan ini dilaksanakan sejak Juli dan berakhir Desember 2019 namun harapannya tetap dapat menjadi program lanjutan di Dinkes setempat.
Pada pengabdian ini tim berkoordinasi dengan Dinkes setempat, dokter dan bidan yang ada di nagari berisiko serta puskesmas yang ada. Harapannya Bilik Pantau Tumbang dapat terus berlanjut dan risiko stunting dapat dikurangi. Seterusnya tujuan pengabdian ini membebaskan Pasaman Barat dari daerah rawan Stunting di Sumbar.
Secara khusus pada pengabdian ini juga tim membuat aplikasi berbasis android bernama "Tumbuh Kembang Balita" yang sejauh ini digunakan sebagai langkah deteksi dini dan pengawasan di Nagari Pasaman Barat tersebut. Dalam hal ini bidan dan kader terpilih diwajibkan mengunduh dan menggunakan itu untuk memasukkan data balita yang berisiko terkena stunting.
Pengabdian ini merupakan program Hibah pengabdian Kemenristekdikti 2019, dan dilaksanakan oleh tiga dosen Universitas Baiturrahmah yakni Ira Suryanis, S.ST, M.Keb sebagai ketua, Novia Wirna Putri, SKM, MPH dam Ns. Zufrias Riaty, S.Kep, M.Kes sebagai anggota.
*Tim ini terdiri atas tiga dosen Unbrah yakni Ira Suryanis, S.ST, M.Keb sebagai ketua, Novia Wirna Putri, SKM, MPH dam Ns. Zufrias Riaty, S.Kep, M.Kes sebagai anggota, ketiganya masih aktif sebagai staf pengajar.
Berita Terkait
Pemkab Pasaman Barat lakukan pendekatan sistematik tekan kemiskinan-stunting
Rabu, 11 Desember 2024 13:55 Wib
Pasaman Barat gandeng perusahaan sawit atasi kemiskinan-stunting
Selasa, 10 Desember 2024 4:11 Wib
Peduli kemiskinan dan stunting, PT Agrowiratama serahkan bantuan ke Pemkab Pasaman Barat
Senin, 9 Desember 2024 19:39 Wib
Pemkot Bukittinggi tekan Stunting melalui Program Genting Kementerian BKKBN
Minggu, 8 Desember 2024 18:31 Wib
Baznas Kota Solok bantu pemenuhan gizi anak berisiko stunting
Kamis, 5 Desember 2024 5:14 Wib
Pemkab Pasaman Barat siapkan Rp69 miliar penanganan stunting pada 2025
Jumat, 29 November 2024 15:51 Wib
Pemprov Sumbar kembangkan program BKR untuk atasi stunting
Kamis, 28 November 2024 18:42 Wib
DP3AP2KB Sumbar gandeng DMI untuk cegah stunting
Selasa, 26 November 2024 17:55 Wib