30 Pengurus BUMNag se-Pariaman bakal berkunjung ke BUMNag Mutiara Mandiri

id BUMNag Mutiara Mandiri,Pesisir Selatan

30 Pengurus BUMNag se-Pariaman bakal berkunjung ke BUMNag Mutiara Mandiri

Pengurus BUMNag Mutiara Mandiri berfoto dengan sejumlah pejabat Kabupaten Pesisir Selatan dan Provinsi Sumatera Barat. (Antara Sumbar / Didi Someldi Putra)

​​​​​​​Painan  (ANTARA) - Sebanyak 30 pengurus BUMNag se-Kota Pariaman dijadwal melaksanakan studi komparatif ke BUMNag Mutiara Mandiri, Nagari Sungai Tunu Barat, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat pada Rabu (7/8).

"Surat rencana kunjungan tersebut saya diterima kemarin Senin (05/08), ini merupakan bentuk pengakuan BUMNag lain atas eksistensi BUMNag Mutiara Mandiri," kata Direktur BUMNag Mutiara Mandiri, Riski Arif di Painan, Selasa.

Ia menambahkan beberapa hal telah disiapkan dalam menyambut kedatangan puluhan pengurus BUMNag se-Kota Pariaman itu mulai dari koordinasi ke kecamatan dan kabupaten.

"Kami juga menyiapkan beberapa dokumen agar para pengurus BUMNag yang bertandang bisa dengan cepat menyerap informasi-informasi yang kami sampaikan," kata lagi.

BUMNag Mutiara Mandiri merupakan BUMNag yang dipercaya Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dalam mengikuti lomba BUMNag berprestasi tingkat provinsi setempat pada tahun ini.

Pada penilaian itu terdapat beberapa penekanan mulai dari struktur organisasi, keuangan, admintrasi kantor, pemberdayaan masyarakat dan juga inovasi.

BUMNag Mutiara Mandiri merupakan BUMNag yang mengelola potensi kelapa secara menyeluruh mulai dari buah, batok, air dan juga lidinya.

Khusus buah diolah menjadi kopra putih, batok diolah menjadi arang batok, sementara lidi kelapa dimanfaatkan menjadi anyaman dan sapu dengan memberdayakan masyarakat nagari setempat.

"Alhamdulillah semuanya berjalan sesuai dengan rencana, semua pejabat baik tingkat kabupaten, kecamatan hingga nagari mendukung penuh kegiatan yang kami laksanakan," ujarnya.

Khusus dalam pengelolaan batok kelapa menjadi arang batok pihaknya memberdayakan 15 pedagang pengumpul batok kering dan setiap minggu masing-masing mereka mampu mengumpulkan sebanyak 200 kilogram.

Batok tersebut dibeli dari masyarakat setempat dengan harga yang variatif mulai dari Rp800 per kilogram hingga Rp1.000 per kilogram.

"Dulu batok di daerah ini tidak bernilai ekonomis tapi saat ini bisa untuk menambah uang belanja kebutuhan dapur bagi ibu-ibu rumah tangga," ungkapnya.