Harga minyak stabil, kekhawatiran kelebihan pasokan pangkas kenaikan awal

id harga minyak,minyak Brent,minyak mentah,produksi minyak amerika,pertemuan opec

Harga minyak stabil, kekhawatiran kelebihan pasokan pangkas kenaikan awal

Illustrasi: Kilang minyak Aramco, Saudi Arabia (REUTERS/Ahmed Jadallah)

New York, (ANTARA) - Harga minyak memangkas kenaikan awal pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah kekhawatiran tentang kelebihan pasokan masih berlanjut, mundur kembali dari reli awal ketika OPEC memperpanjang pemotongan pasokan hingga Maret 2020 selama pertemuan di Wina.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sepakat pada Senin (1/7/2019) untuk memperpanjang pengurangan pasokan minyak hingga Maret 2020, tiga sumber OPEC mengatakan, ketika anggota kelompok mengatasi perbedaan mereka untuk menopang harga minyak mentah di tengah melemahnya ekonomi global dan melonjaknya produksi minyak Amerika Serikat (AS).

OPEC dijadwalkan untuk bertemu dengan Rusia dan produsen lainnya, aliansi yang dikenal sebagai OPEC+, pada Selasa waktu setempat untuk membahas pengurangan pasokan di tengah melonjaknya produksi minyak AS.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September ditutup naik 32 sen per barel pada 65,06 dolar AS. Selama sesi itu, patokan internasional Brent menyentuh intraday tertinggi 66,75 dolar AS. Kontrak pengiriman Agustus ditutup pada 66,55 dolar AS per barel pada Jumat (28/6/2017).

Sementara itu, minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus naik 62 sen menjadi menetap pada 59,09 dolar AS per barel, setelah sebelumnya menyentuh tertinggi mereka dalam lebih dari lima minggu pada 60,28 dolar AS.

"WTI dan Brent hari ini telah jatuh dari tertinggi intraday karena pengamat pasar menjadi gelisah dengan menunggu lama untuk pertemuan OPEC untuk menyimpulkan, sebuah tanda bahwa mungkin ada beberapa bentuk ketidaksepakatan," kata Tony Headrick, seorang analis pasar energi di St. Paul, pialang komoditas Minnesota, CHS Hedging LLC.

Pertemuan OPEC yang tertutup berlangsung selama lebih dari enam jam.

"Akan sulit untuk mempertahankan keuntungan: akan ada pertanyaan di pasar apakah pemotongannya cukup," kata John Kilduff, mitra di Again Capital Management di New York. "Sejauh ini mereka mendapatkan manfaat dari keraguan, tetapi kita telah merosot sedikit dari ketinggian."

Iran - di bawah sanksi AS bersama sekutu OPEC Venezuela - pada Senin (1/7) bergabung dengan produsen utama Arab Saudi, Irak dan Rusia, dalam mendukung perpanjangan pemangkasan pasokan.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Minggu (30/6) bahwa dia telah setuju dengan Arab Saudi untuk memperpanjang pengurangan produksi 1,2 juta barel per hari (bph) selama enam hingga sembilan bulan.

Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan kesepakatan itu kemungkinan besar akan diperpanjang sembilan bulan dan tidak ada pengurangan yang lebih dalam diperlukan.

“Jika Rusia, Arab Saudi dan anggota OPEC utama lainnya mempertahankan produksi pada tingkat yang mereka hasilkan dalam H1-19 mereka akan memastikan bahwa pasar minyak global tidak dialiri berlebihan. Mereka hanya perlu membayar pengekangan kecil sambil menuai harga minyak yang bagus 60-70 dolar AS per barel," kata Bjarne Schieldrop dari SEB.

“OPEC secara keseluruhan kehilangan pangsa pasar. Tetapi beban ini tidak merata karena Venezuela dan Iran yang menanggung hampir semua rasa sakit. "

Harga minyak telah berada di bawah tekanan baru dalam beberapa bulan terakhir dari meningkatnya pasokan AS dan ekonomi global yang melambat.

Produksi minyak mentah AS pada April naik ke rekor bulanan baru 12,16 juta barel per hari, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA), meskipun pertumbuhan produksi minyak serpih kemungkinan memuncak tahun lalu.

Sementara itu, pasar keuangan didukung oleh pencairan hubungan AS-China setelah para pemimpin dua ekonomi terbesar dunia itu sepakat pada Sabtu (29/6) untuk memulai kembali perundingan perdagangan.

Namun, analis Citi ragu bahwa kedua belah pihak akan segera mencapai kesepakatan. (*)