Menurut psikolog berikut langkah memulihkan rasa aman korban TPPO

id pengantin pesanan,Sigid Edi Sutomo

Menurut psikolog berikut langkah memulihkan rasa aman korban TPPO

Sekretaris Jenderal Fokal UI Sigid Edi Sutomo berbicara kepada Antara di sela-sela diskusi tentang situasi nasional terkini di Jakarta Pusat, Rabu (24/04/2019). (ANTARA News/Martha Herlinawati Simanjuntak)

Jakarta (ANTARA) - Komisi Ahli Himpunan Psikologi Indonesia - Jakarta Raya (Himpsi Jaya) Sigid Edi Sutomo mengatakan para korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) modus pengantin pesanan yang dikirim ke China, harus dipulihkan dari rasa tidak aman setelah mengalami kekerasan dan eksploitasi.

"Yang kita pulihkan adalah perasaan tidak amannya (insecurity feelings)," kata Psikolog Sigid kepada Antara, Jakarta, Jumat.

Untuk pemulihan psikologis, Sigid mengatakan yang pertama kali harus ditangani adalah mengidentifikasi luka psikologis yang terjadi untuk mengetahui penanganan yang tepat sesuai kebutuhan para korban.

Luka psikoligis tersebut dapat bersumber dari pemaksaan, pelecehan seksual, penyanderaan dan pengancaman. "Semuanya ini akan menimbulkan luka psikologis traumatik. Itu yang pertama kali ditangani, dan itu harus ditangani seorang psikolog," tuturnya.

Para korban juga harus disadarkan bahwa TPPO berdampak serius bagi pada korban maupun generasi berikutnya, sehingga lebih mawas diri ke depannya.

Selain pemulihan psikologis, dia menuturkan kesejahteraan ekonomi para korban dan keluarga juga harus diperhatikan karena akar masalah dari TPPO tersebut adalah masalah ekonomi.

"Mereka diberikan suatu suaka yang layak secara ekonomi, misalnya mereka diberikan fasilitas untuk kembali (beraktivitas) normal, pemukiman yang baik, mungkin kalau ada keluarganya di sini diberi santunan atau bantuan sehingga mereka ada perasaan nyaman, ada rasa aman," ujarnya.

Dia mengatakan pemerintah terutama aparat keamanan dan pemangku kepentingan terkait harus bertindak cepat dan cermat agar tidak ada korban TPPO lagi. Baik akar masalah, jalur atau rute perdagangan dan modus harus segera dideteksi. "Ini akarnya adalah lebih kepada masalah ekonomi, kesenjangan ekonomi di daerah itu," ujarnya.*