Meninjau Kampung Iklim di Jorong Tabek Hiliran Gumanti Kabupaten Solok

id Kampung iklim,Kampung Iklim Jorong Tabek,kabupaten solok,padang,sumbar,DLH

Meninjau Kampung Iklim di Jorong Tabek Hiliran Gumanti Kabupaten Solok

Tim peninjau berada di Kampung Iklim Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok. (Antara Sumbar/Fandi Yogari)

Arosuka, (ANTARA) - Kampung Iklim Jorong Tabek, Nagari Talang Babungo, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat adalah satu dari 20 kampung iklim yang diusulkan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diverifikasi untuk memperoleh penghargaan.

"Kami ingin melihat langsung kondisi kampung iklim ini untuk memperoleh pointer tertinggi berdasarkan penilaian di tingkat provinsi," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar Siti Aisyah ketika mengunjungi kampung iklim Jorong Tabek, di Kabupaten Solok, Kamis (28/6).

Ia menjelaskan program kampung iklim (proklim) adalah program nasional Kementerian LHK, guna mendorong partisipasi aktif masyarakat melaksanakan aksi lokal untuk meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah kaca.

Proklim juga merupakan upaya untuk mitigasi terhadap perubahan iklim yang saat ini tidak menentu.

Agar kampung iklim di Sumbar bisa memperoleh penghargaan, ada beberapa kriteria penilaian yang harus dipenuhi yakni kriteria adaptasi dan kriteria mitigasi.

Kriteria adaptasi terdiri dari kemampuan pengendalian banjir, longsor, pemanenan air hujan, ketahanan pangan, keanekaragaman tanaman, penyakit terkait iklim seperti demam berdarah (DBD) serta program pola hidup bersih dan sehat.

Sementara untuk kriteria mitigasi mampu mengolah sampah, konservasi energi baru dan terbarukan, memperkecil timbulnya kebakaran hutan dan lahan, lalu menerapkan praktek agroforestri.

"Kedua kriteria ini harus terpenuhi agar kampung iklim di Sumbar bisa juara," katanya.

Dua kriteria ini harus didukung peran kelompok dalam masyarakat sebagai pengelola, ini juga menjadi penentu keberhasilan untuk memperoleh juara.

Selain menjadi kampung iklim, Jorong Tabek juga salah satu kelompok binaan PT. Astra Indonesia. Dimana dalam pengelolaannya dibebankan kepada masyarakat berdasarkan pembagian wilayah.

Ketua Kampung Beseri Astra, Kasri Satra menjelaskan konsep pemberdayaan masyarakat berbasis lingkungan menjadi fokus utama dalam mengembangkan kampung iklim dan astra ini.

Pembagian berdasarkan zona wilayah dimaksudkan untuk mempermudah masyarakat dalam mengelola lingkungan, dimana masyarakat dituntut untuk peduli dengan kondisi lingkungan sekitar.

Di Jorong Tabek terdapat 11 pembagian zona yang mana dalam satu zona terdapat 40 kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap lingkungan sekitar.

"Jadi telah dibagi berdasarkan zona, nantinya zona warga di zona tersebut yang bertanggung jawab dengan lingkungan sekitar mereka," kata dia.

Pada dasarnya semua program yang dikembangkan berkaitan dengan program lingkungan, sehingga menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal utama yang harus dijaga.

"Lingkungan menjadi program utama kita, karena lingkungan memiliki ekosistem yang saling terhubung, sehingga jika terjaga juga berdampak pada pariwisata, ketahanan pangan dan lainnya," kata dia.

Kasri optimis Jorong Tabek bisa memperoleh penghargaan karena banyak hal yang ada di jorong itu yang tidak ditemukan di desa atau nagari lainnya.

"Kami optimistis akan bawa pulang penghargaan, karena yang ada di sini tidak semua desa atau nagari memilikinya," kata dia.

Pada 2018 Sumbar mengajukan 16 kampung iklim untuk dinilai. Dari 16 yang diajukan tiga kampung iklim memperoleh penghargaan berupa tropy, sertifikat dan tabanas, 12 memperoleh sertifikat penghargaan, dan satu ditolak. (*)