Sistem Zonasi, tantangan sekolah unggulan pertahankan prestasi

id Penerimaan siswa sistem zonasi,Prestasi Sekolah

Sistem Zonasi, tantangan sekolah unggulan pertahankan prestasi

Kepala SMPN 1 Payakumbuh, Defi Marlitra (ANTARA SUMBAR/Syafri Ario)

​​​​​​​Payakumbuh  (ANTARA) - Dengan diberlakukannya sistem zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) akan menjadi tantangan bagi sekolah unggulan untuk mempertahankan prestasinya, kata seorang kepala sekolah di Payakumbuh, Sumatera Barat.

"Otomatis dengan sistem zonasi, sekolah kita (SMPN 1) yang selama ini berprestasi akan menjadi tantangan tersendiri karena yang masuk tidak lagi berdasarkan prestasi siswa," kata Kepala SMPN 1 Kota Payakumbuh, Defi Marlitra, di Payakumbuh, Rabu.

Ia mengatakan dengan sistem zonasi membuat pihak sekolah memiliki keterbatasan dalam menseleksi siswa yang akan diterima.

"Tentu berbeda, dulu yang kita terima adalah siswa-siswa berprestasi di Sekolah Dasar (SD), sekarang semua siswa yang dekat dengan sekolah," ujarnya.

Berapapun nilai siswa yang mendaftar asalkan siswa tersebut tinggal dekat dengan sekolah, maka wajib diterima.

"Ini menjadi tantangan kami, bagaimana kita bisa mengangkat anak-anak yang boleh dikatakan lemah selama ini bisa berprestasi," ujarnya.

Menurutnya kepala sekolah, guru, dan karyawan harus mampu membuat program yang sebaik-baiknya dan merencanakan dari awal agar prestasi tetap bisa dipertahankan.

Ia mengakui pemberlakuan sistem zonasi membuatnya sedikit gamang terhadap prestasi sekolahnya kedepannya karena selama ini selalu menjadi rujukan bagi sekolah lain di Payakumbuh bahkan daerah lain.

"Saya sebagai manusia dan pimpinan baru di sini, agak-agak ragu juga apabila sekolah ini nanti secara prestasi mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya," jelasnya.

Meskipun begitu, ia mendukung penuh kebijakan pemerintah yang dalam dua tahun terakhir menerapkan sistem zonasi dalam PPDB.

"Disisi lain memang susah juga bagi orangtua. contohnya, dia tinggal dekat dengan SMPN 1, orangtuanya kurang mampu dan anaknya harus menggunakan uang transpor untuk berangkat ke sekolah yang jauh," ujarnya.