Jakarta (ANTARA) - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menekankan pihaknya membuka lebar peluang penurunan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" untuk beberapa waktu ke depan, dengan mempertimbangkan meredanya tekanan eksternal dan pergerakan arus modal di neraca pembayaran.
"Kita juga sudah berikan sinyal bahwa ke depannya akan ada penurunan bunga, tinggal masalah 'timing' (waktu) di global atau eksternal, atau khususnya dampak ke neraca pembayaran," ujarnya.
Perry yang ditemui di Jakarta, Jumat, mengaku ingin memberikan arah kebijakan yang tegas bahwa Bank Sentral kini sudah mengarah pada pelonggaran kebijakan moneter, meskipun hingga saat ini belum menurunkan suku bunga.
Penekanan pada kebijakan moneter itu baru direalisasikan dengan sikap Bank Sentral yang memutuskan memangkas rasio Giro Wajib Minimum rupiah di perbankan hingga 0,5 persen, efektif per 1 Juli 2019.
Perry mengatakan Bank Sentral ingin turut memberikan stimulus terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Di kuartal I dan II, Perry mengakui sumber-sumber pertumbuhan ekonomi belum bekerja optimal.
Dia menginginkan pada semester II nanti semua upaya Bank Sentral dan pemerintah sudah membuahkan hasil, khususnya untuk mendorong investasi dan ekspor, karena kedua kontributor pertumbuhan tersebut pada semester I 2019 tidak memberi andil optimal terhadap pertumbuhan.
"Kunci dari meningkatkan investasi swasta baik dalam dan luar negeri, tentu juga sinergi kebijakan dengan pemerintah," ujar dia.
Bank Sentral pada Kamis (20/6) ini untuk ketujuh kalinya menahan suku bunga acuan sebesar enam persen. Namun BI melonggarkan instrumen lainnya di kebijakan moneter dengan memangkas rasio GWM rupiah hingga 50 basis poin (0,5 persen) untuk bank umum dan bank syariah. Kebijakan itu menjadi sebuah manuver setelah BI menerapkan perhitungan rata-rata GWM (GWM Averaging) dalam setahun terakhir.
Dengan dipertahankannya suku bunga acuan BI di level enam persen, maka suku bunga penyimpanan dana perbankan di BI (Deposit Facility) tetap sebesar 5,25 persen, dan suku bunga penyediaan dana BI ke perbankan (Lending Facility) tetap sebesar 6,75 persen.
Adapun BI memandang pertumbuhan ekonomi akan berada di antara 5 persen - 5,2 persen untuk keseluruhan tahun atau lebih rendah dari titik tengah proyeksi awal di 5 persen - 5,4 persen. Sementara, defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakan sebesar 2,5 persen - 3 persen Produk Domestik Bruto.
Berita Terkait
Bank Indonesia targetkan 45 juta pengguna QRIS pada 2023
Senin, 5 Juni 2023 17:10 Wib
BI proyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia capai 4,7-5,5 persen tahun 2024
Selasa, 30 Mei 2023 17:54 Wib
DPR Tetapkan Perry Warjiyo Gubernur BI 2023-2028
Selasa, 21 Maret 2023 15:32 Wib
Presiden usulkan Perry Warjiyo jadi Gubernur BI 2023-2028
Rabu, 22 Februari 2023 20:14 Wib
Pertumbuhan kredit perbankan Januari 2023 sedikit melambat jadi 10,53 persen
Kamis, 16 Februari 2023 21:39 Wib
Kurs rupiah menguat terhadap dolar AS didukung fundamental ekonomi yang baik
Kamis, 16 Februari 2023 20:05 Wib
BI proyeksi inflasi tahun depan turun ke 1,5-3,5 persen
Rabu, 14 Desember 2022 12:51 Wib
Begini strategi pemulihan ekonomi 2021 menurut Gubernur BI
Kamis, 3 Desember 2020 13:53 Wib