Seperti apa tradisi "Brantam" yang tetap dipertahankan masyarakat Pulai Agam

id Brantam,Beli Sapi secara berkelompok,Tradisi Jelang Idul Fitri

Seperti apa tradisi "Brantam" yang tetap dipertahankan masyarakat Pulai Agam

Salah seorang warga Titisan Tungang, Kecamatan Lubukbasung, Kabupaten Agam, sedang membagi daging sapi berdasarkan tumpukan, Selasa (4/6). (ANTARA SUMBAR/ Yusrizal)

Lubukbasung (ANTARA) - Masyarakat Pulai, Kecamatan Lubukbasung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, masih mempertahankan tradisi "brantam" atau menyembelih sapi secara berkelompok menjelang Idul Fitri 1440 Hijriyah.

Ketua Kelompok Brantam, Datril (55) di Lubukbasung, Selasa, mengatakan peserta yang ikut brantam itu 40 orang yang berasal dari warga sekitar.

"Setiap peserta menyetorkan dananya Rp590 ribu per orang dan dana dibelikan satu ekor sapi seharga Rp18 juta," katanya.

Ia menambahkan, sapi yang telah disembelih itu dibagi 40 tumpuk dan upah potong satu tumpuk

Setiap tumpuk dengan berat empat kilogram yang berisikan daging, hati, kulit dan lainnya.

"Khusus upah potong satu tumpuk itu dengan berat 1,5 kilogram," katanya.

Ia menambahkan brantam ini merupakan tradisi masyarakat Lubukbasung satu hari menjelang Idul Fitri. Ini suatu kebanggaan dari masyarakat karena peserta akan diumumkan saat pengambilan daging.

"Kami setiap tahun melakukan brantam dan daging akan digunakan untuk bahan rendang, sop dan lainnya," katanya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Agam, Farid Muslim memprediksi jumlah pemotongan sapi dan kerbau jelang Idul Fitri 1440 Hijriyah meningkat dari tahun sebelumnya.

Saat ini pihaknya masih melakukan pendataan jumlah pemotongan di Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan pemotongan masyarakat pada Selasa (4/6).

"Pada 2018 sebanyak 455 ekor sapi yang disembelih selama Idul Fitri," katanya. (*)