Mau kuliah di luar negeri? Yuk kenalan dengan culture shock

id Kuliah luar negeri

Mau kuliah di luar negeri? Yuk kenalan dengan culture shock

Syauqi Alfiandi (Ist)

Kuala Lumpur (ANTARA) - Pernakah kalian sekolah atau belajar di luar negeri?, bagaimana perasaan kalian ketika belajar di luar negeri? Apakah kalian sudah memahami kulturnya? Belajar di luar negeri adalah hal yang menyenangkan.

Kalian akan merasakan hal yang berbeda dari negeri asal kita. Sebagai contohnya, jika kita tinggal di Indonesia, kita akan melihat perbedaan kultur saat kita berada di Malaysia dan Singapura meskipun kita serumpun.

Kita akan melihat perbedaan kultur dari berbagai bidang seperti bahasa, makanan dan adab. Pada saat awal-awal berada di luar negeri, pada umumnya orang-orang akan merasakan kebahagiaan dan ketertarikan yang luar biasa dengan negara yang mereka kunjungi.

Akan tetapi, bagi orang-orang yang tinggal di luar negeri selama 2 minggu sampai 4 bulan, mereka akan merasakan stress dan kegelisahaan. Mereka akan mulai kebingungan pada saat itu.

Mereka menyadari bahwa mereka tidak cocok berada di negara tersebut dan berfikir bahwa lebih nyaman untuk kembali ke negara asal mereka. Apa yang mereka rasakan itu disebut ‘culture shock’.

Selanjutnya saya akan memberi tahu lebih lanjut tentang culture shock, bagaimana cara mengatasinya, dan kemudian saya akan memberi tahu sedikit informasi tentang Malaysia.

Apakah kalian pernah mendengar kata ‘culture shock’? sebenarnya apa sih ‘culture shock itu’? ‘culture shock’ itu adalah keadaan dimana seseorang merasakan ketidaknyamanan saat berada di luar negeri.

Dia merasakan ketidaknyamanan karena dia merasakan konflik kultural antara kultur negara asalnya dan kultur di negara yang dia tinggali.

Biasanya keadaan ini terjadi selama 2 minggu sampai paling lama 4 bulan. Saya sendiri pun pernah merasakan ‘culture shock’.

Pada saat pertama kali datang ke kampus, saya sangat terpukau sekaligus gembira karena ini adalah pertama kalinya saya pergi ke luar negeri.

Akan tetapi, kegembiraan itu tidak bertahan lama, karena kemudian saya menghadapi berbagai masalah mulai dari rasa makanan, adab dan bahasa.

Meskipun Malaysia dan Indonesia adalah negara serumpun, tetapi terdapat perbedaan aksen yang kental diantara keduanya.

Saat itulah saya menyadari sedang berada dalam fase ‘culture shock’. Sekedar informasi, saya berkuliah di Universiti Utara Malaysia dan mendapatkan beasiswa dari Kementerian Agama.

Universiti Utara Malaysia adalah universitas milik negara yang terletak di Sintok, Kedah. Universiti Utara Malaysia adalah salah satu dari 10 besar universitas ternama di Malaysia.

Apakah ‘culture shock’ bisa diatasi? Tentu saja bisa. Pertama cara mengatasinya adalah dengan mempelajari konsep dasar kultur negara tersebut.

Kemudian, Kalian harus mencari informasi spesifik tentang kultur di negara itu seperti tata cara berpakaian, sikap antar warga lokal, regulasi atau peraturan yang berlaku di negara tersebut, dan lain-lain.

Kemudian kalian harus memahami komunikasi non-verbal dan verbal di negara tersebut. Kalian harus mempelajari bahasa dan aksen yang digunakan oleh warga local.

Ini adalah masalah utama dalam mengatasi ‘culture shock’. Kebanyakan orang-orang akan minder saat mengaplikasikannya karena takut salah kata dan sejenisnya.

Mereka takut dicemooh dan akhirnya mereka akan memilih untuk menutup diri. Hal ini akan memperlama fase ‘culture shock’ kalian.

Saya sendiri mengalami fase ini selama kurang lebih satu bulan. Saya berusaha untuk mempelajari aksen dan Bahasa Melayu disini karena tidak semua orang memahami bahasa Inggris.

Saya juga mulai membiasakaan diri dengan makanan dan minuman disini dan mempelajari informasi dan peraturan yang ada di Malaysia.

Itulah penjelasan tentang ‘culture shock’ dan cara mengatasinya. Selanjutnya saya akan memberi tahu tentang kultur yang terdapat di Malaysia.

Malaysia adalah negara monarki konstitusional, dimana kepala negaranya dipimpin oleh seorang Sultan/Raja akan tetapi pemerintahan dan ekonomi negara dipegang oleh seorang perdana menteri.

Malaysia menggunakan Bahasa Melayu sebagai Bahasa resmi. Disana terdapat beberapa bahasa lain yaitu Mandarin yang digunakan oleh komunitas China dan Tamil yang digunakan oleh komunitas India.

Malaysia adalah negara dengan tinggi keberagaman yang tinggi. Meskipun Melayu, China, dan India memiliki pandangan yang berbeda satu sama lain, tetapi mereka masih mampu hidup rukun.

Untuk makanan, makanan di Malaysia didominasi oleh rasa manis. Jarang sekali ada masakan pedas di sini.

Itulah beberapa informasi mengenai Malaysia.

Jika kalian berminat untuk kuliah di luar negeri, kalian harus mempersiapkan segala hal seperti belajar beberapa kata untuk bahasa lokal dan mencari informasi tentang kultur di negara tujuan kalian karena semua itu akan mempermudah kalian semua untuk mengatasi ‘culture shock’ saat kalian tinggal di negara tujuan kalian nanti. Selamat berjuang untuk kalian calon mahasiswa!. (Penulis: Kuliah si Universiti Utara Malaysia, Bachelor of International Business Management

Penerima Beasiswa Kementerian Agama Tahun 2016)