Padang (ANTARA) -
Ketua Umum Asosiasi Daerah Penghasil Panas Bumi (ADPPI) Hasanudin mengatakan Sumatera Barat akan sangat rugi jika tidak memanfaatkan potensi panas bumi yang mencapai 1.600 MW pada 16 titik di daerah itu.
"Panas bumi adalah energi terbarukan yang ramah lingkungan. Ke depan porsi pembangkit listrik ini akan makin besar. Rugi jika Sumbar tidak mulai dari sekarang," katanya dihubungi dari Padang, Senin.
Menurutnya pemerintah menargetkan pada 2025 energi air mampu menyumbang 17,9 GW energi listrik dan panas bumi sebesar 7,2 GW. Itu sejalan dengan target bauran energi terbarukan hingga 23 persen pada tahun tersebut dan ditingkatkan menjadi 31 persen pada 2050.
Sumbar, katanya, yang memiliki potensi besar dalam bidang itu seharusnya bisa memanfaatkannya, seperti beberapa provinsi di Sumatera yang telah lebih dahulu melakukan eksplorasi, seperti Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Lampung dan Bengkulu.
ADPPI, menurutnya, akan ikut mendorong agar Ranah Minang tidak menyia-nyiakan karunia yang diberikan Tuhan berupa panas bumi itu.
"Kami dorong kawan-kawan di Sumbar ikut membentuk cabang dan bergabung dengan ADPPI sebagai wadah komunikasi guna mencari solusi kendala di daerah," ujarnya.
ADPPI merupakan organisasi yang bertujuan sebagai forum komunikasi, koordinasi dan konsultasi daerah penghasil panas bumi untuk mendorong pemanfaatan panas bumi bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat melalui pembangunan kemampuan daerah, penataan kebijakan, saling pengertian dan berbagi tanggung jawab antarpemangku kepentingan.
Secara bersama-sama, kata dia, diharapkan tercipta solusi agar potensi yang masih tersimpan itu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat.
Sementara itu Kepala Dinas ESDM Pemprov Sumbar Heri Martinus mengatakan daerah itu sangat terbuka untuk investasi di berbagai bidang, termasuk panas bumi.
Saat ini sudah ada dua investor yang masuk, masing-masing PT Suprame Energi Muaralabuh di Solok Selatan dan PT Hitay Daya Energi di Kabupaten Solok.
"Kita dukung dua investor ini agar segera bisa berproduksi karena nantinya masyarakat dan daerah akan menikmati hasilnya secara langsung dari bagi hasil dan CSR," katanya. (*)
Berita Terkait
Percepatan penanganan bencana gempa bumi Bawean
Selasa, 26 Maret 2024 12:26 Wib
BMKG dorong pakar kebumian kaji potensi gempa bumi di Laut Jawa
Minggu, 24 Maret 2024 9:11 Wib
BMKG sebut 2023 tahun terpanas sejak pra industrialisasi 1850
Sabtu, 23 Maret 2024 17:04 Wib
BMKG: Gempa tektonik magnitudo 6,5 di Tuban terasa hingga ke Kalsel
Jumat, 22 Maret 2024 17:03 Wib
Penjualan hasil bumi Mentawai
Senin, 12 Februari 2024 13:12 Wib
Mewaspadai ancaman gempa Megathrust Mentawai
Selasa, 16 Januari 2024 9:46 Wib
Gempa M5,9 guncang Bayah Banten dan dirasakan hingga Sukabumi
Rabu, 3 Januari 2024 9:40 Wib
BMKG: Terjadi dua kali gempa susulan di Sumedang
Senin, 1 Januari 2024 15:27 Wib