Biaya pengobatan jantung warga Sumbar capai Rp230 miliar per tahun

id bpjs kesehatan, penyakit terbanyak, penyakit katastrofik

Biaya pengobatan jantung warga Sumbar capai Rp230 miliar per tahun

Kepala BPJS Kesehatan cabang Padang Asyraf Mursalina (kanan) saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit (kiri) di Padang, Selasa (Antara Sumbar/Ikhwan Wahyudi)

Padang, (ANTARA) - Biaya pengobatan sakit jantung warga Sumatera Barat yang ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan lewat Program Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) mencapai Rp230 miliar per tahun.

"Pada 2017 di Sumbar terdapat 330.492 kasus jantung dengan klaim sebesar Rp230,7 miliar dan pada 2018 hingga pertengahan tahun saja sudah mencapai 210.604 kasus," kata Kepala BPJS Kesehatan cabang Padang Asyraf Mursalina di Padang, Selasa.

Ia menyampaikan hal itu saat beraudiensi dengan Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit membahas pencapaian target kepesertaan Universal Health Coverage 100 persen di Sumbar.

Menurut dia setelah sakit jantung, pada 2017 biaya terbesar kedua yang dikeluarkan adalah untuk pengobatan kanker sebesar Rp65,1 miliar dan stroke Rp54,6 miliar.

Kemudian gagal ginjal Rp54,6 miliar, leukaemia Rp12,9 miliar, thalesemia Rp6,3 miliar, dan haemophilia Rp3,2 miliar.

Artinya, lanjut Asyraf penyakit katastrofik yang disebabkan pola dan gaya hidup mendominasi di Sumbar dengan total klaim yang dibayarkan Rp439,9 miliar.

Ia mengatakan katastrofik merupakan penyakit mematikan berbiaya mahal yang menjadi isu nasional sehingga perlu jadi perhatian bersama.

Program yang digagas Kementerian Kesehatan yaitu gerakan masyarakat sehat dan program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga bertujuan memperbaiki pola hidup agar angka katastrofik turun, katanya.

Menurutnya tidak dapat dipungkiri jantung, stroke dan kanker tidak bisa dilepaskan dari gaya hidup mulai dari makanan, kebiasaan merokok, kurang istirahat.

Ia menyebutkan total iuran yang diterima oleh BPJS Kesehatan dari pemerintah di Sumbar mencapai Rp1,2 triliun, dengan total biaya yang dibayarkan mencapai Rp2,3 triliun.

"Jadi rasionya 186,3 persen perbandingan antara biaya yang diterima dengan dikeluarkan sehingga terjadi defisit dan harus ditalangi pemerintah," ujarnya.

Sementara Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit mengatakan salah satu pemicu banyaknya warga yang sakit jantung diduga kuat karena faktor rokok.

"Kalau tidak salah perokok di Sumbar termasuk yang tertinggi di Indonesia," katanya. (*)