Penumpang Kereta Api BIM turun 23 persen sejak Januari karena ini

id kereta api bandara

Penumpang Kereta Api BIM turun 23 persen sejak Januari karena ini

Sejumlah penumpang turun dari Kereta Rel Diesel Elektrik (KRDE) Minangkabau Ekspres di Stasiun Bandara Internasional Minangkabau (BIM), di Padangpariaman, Sumatera Barat. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/aww)

Padang, (ANTARA) - Penumpang Kereta Api Bandara Internasional Minangkabau (BIM) menurun 23 persen sejak Januari 2019 diduga karena sepinya masyarakat yang menggunakan transportasi udara.

"Kereta api ini terkoneksi dengan Bandara Internasional Minangkabau (BIM). Kalau penumpang pesawat turun, otomatis penumpang kereta api juga menurun," kata Manager Operasional PT KAI Divisi Regional (Divre) II Sumbar, Roeslan di Padang, Selasa.

Penurunan penumpang sebesar 23 persen itu jika dihitung jumlahnya sekitar 470 penumpang per bulan. Akibatnya PT KAI Divre II Sumbar mengalami kerugian yang cukup besar.

Dengan kondisi lesunya penumpang di BIM saat ini, PT KAI Divre II Sumbar akan lebih menata lagi jam perjalanan kereta api menuju BIM agar kerugian tidak terus berlanjut.

“Selama ini, untuk mengatasi persoalan penurunan penumpang ini, kami bersama dengan Angkasa Pura II Cabang BIM sudah buat pendukung costumer service mobile. Termasuk juga membagikan brosur jadwal kepada calon penumpang agar bisa memanfaatkan kereta api bandara,” ungkapnya.

Kereta Api BIM saat ini berangkat sebanyak lima kali perjalanan pulang balik sehari.

Dampak dari penurunan penumpang, rencananya PT KAI akan menambah satu kali perjalanan lagi dari Padang ke BIM dan dua kali perjalanan ke arah jalur BIM-Kayu Tanam.

“Jadi ada delapan kali perjalanan yang melayani kedatangan dan keberangkatan ke bandara,” ujarnya.

Sepinya penerbangan di BIM salah satunya disebabkan maskapai menerapkan harga batas atas untuk harga tiket pesawat Padang-Jakarta dan sebaliknya sejak akhir Desember 2018.

Tiket untuk penerbangan murah Padang-Jakarta dan sebaliknya sebelum penerapan batas atas, sekitar 500-an ribu hingga 600-an ribu. Setelah penerapan batas atas, untuk tiket penerbangan murah lebih dari Rp 1 juta sekali jalan.

Hal itu sedikit membaik saat Maskapai Garuda Indonesia memangkas tarif tiket untuk Padang-Jakarta dan sebaliknya. Namun tetap harga yang ditawarkan masih relatif tinggi dibanding awal 2018.

Akibatnya banyak masyarakat yang beralih dari transportasi udara ke transportasi darat sehingga bandara sepi. (*)