Keberhasilan Timnas U-22 bak embun di tengah dahaga sepak bola Indonesia

id Timnas U-22,Piala AFF U-22,PSSI,Sepakbola Indonesia

Keberhasilan Timnas U-22 bak embun di tengah dahaga sepak bola Indonesia

Pemain Timnas U-22 Bagas Adi Nugroho (tengah) mengangkat Piala AFF U-22 di Stadion Nasional Olimpiade Phnom Penh, Kamboja, Selasa (26/2/2019). Indonesia menjadi juara setelah mengalahkan Thailand di babak final dengan skor 2-1. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/nz.) (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/nz./)

Jakarta (ANTARA) - Keberhasilan Tim Nasional Indonesia menjadi juara Piala AFF U-22 setelah mengalahkan Thailand 2-1 pada partai final di Stadion Nasional, Phnom Penh, Kamboja, Selasa (26/2) malam mengobati rasa kecewa publik atas belum membaiknya prestasi sepak bola nasional di kancah dunia.

Alih-alih prestasinya secara internasional meningkat, sepak bola nasional tidak pernah lepas dirundung masalah. Sebut saja, perkelahian antarpendukung yang tidak saja menimbulkan luka fisik, tetapi ada yang sampai meregang nyawa.

Di sisi organisasi, dunia sepak bola nasional dalam beberapa pekan terakhir juga menghadapi masalah serius dengan terkuaknya skandal suap dan pengaturan skor pertandingan. Saking seriusnya, Mabes Polri harus turun tangan untuk mengusut kasus yang menyangkut personel Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

Bahkan Polri sampai harus membentuk tim khusus untuk mengusut laporan-laporan terkait dugaan suap-menyuap dalam pertandingan, khususnya pengaturan skor. Dengan pengaturan skor, maka di balik pertandingan antarklub di lapangan untuk mencari siapa yang paling berprestasi justru diduga ada "permainan".

Setidaknya seperti itu salah satu sisi temuan Satuan Tugas (Satgas) Anti-Mafia Bola Polri yang telah disampaikan kepada pers. Satgas terus bekerja dan sudah menetapkan sejumlah tersangka kasus dugaan pengaturan skor.

Salah satu tersangkanya adalah Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI Joko Driyono. Dia ditetapkan sebagai tersangka pada 15 Februari 2019, setelah penyidik melakukan gelar perkara dan menemukan alat bukti yang cukup untuk penetapan tersangka.

Selain ditetapkan sebagai tersangka, menurut Ketua Tim Media Satgas Anti-Mafia Bola Kombes Polisi Argo Yuwono, Joko Driyono juga telah dicekal.

Sebelum menetapkan Joko Driyono sebagai tersangka, tim gabungan dari Satgas Anti-Mafia Bola Polri, penyidik Polda Metro Jaya dan Inafis Polda Metro Jaya menggeledah apartemen milik Joko Driyono di Taman Rasuna, Tower 9, Unit 18C dan gelar perkara pada Kamis (14/2) malam.

Penggeledahan tersebut dilakukan untuk mencari alat bukti baru demi memperdalam kasus pengaturan pertandingan (match fixing) di sepak bola Tanah Air. Dasarnya adalah laporan polisi nomor: LP/6990/XII/2018/PMJ/Ditreskrimum tanggal 19 Desember 2018, penetapan Ketua PN Jaksel Nomor: 007/Pen.Gled/2019/PN.Jkt.Sel dan penetapan Ketua PN Jaksel Nomor: 011/Pen.Sit/2019/PN.Jkt.Sel.

Laporan Polisi (LP) Nomor 6990 tanggal 16 Desember 2018 itu disampaikan mantan manajer Persibara Banjarnegara Lasmi Indaryani. Kasusnya adalah dugaan pengaturan skor pertandingan.

Para tersangka dijerat dengan dugaan tindak pidana penipuan dan/atau penggelapan dan/atau tindak pidana suap dan/atau tindak pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 378 KUHP dan/atau Pasal 372 KUHP dan/atau UU Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap dan/atau Pasal 3, 4, 5 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

Namun keesokan harinya, Sabtu (16/2), jajaran PSSI memberikan penjelasan untuk meluruskan status tersangka yang diberikan pihak Kepolisian kepada Joko Driyono pada Jumat. Ketua Komite Hukum PSSI Gusti Randa mengatakan bahwa status tersangka Joko Driyono tidak terkait dengan kasus pengaturan skor.

Dugaan yang disangkakan, yakni memasuki suatu tempat yang telah dipasang garis polisi (police line) di Rasuna Office Park, Kuningan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Kantor yang dipasang garis polisi di Rasuna Office Park adalah kantor PT Liga Indonesia dn penyegelan dilakukan pada Kamis (31/1).

Gusti yang juga anggota Komite Eksekutif PSSI ini pun menegaskan, organisasi PSSI tetap solid meski ketua umumnya ditetapkan sebagai tersangka. PSSI juga tetap bekerja untuk menjalankan program hasil kongres.

Bersih-Bersih

Joko pun telah beberapa kali diperiksa di Polda Metro Jaya. Sebut saja, pada Rabu (27/2), penyidik Satgas Anti-Mafia Bola mengagendakan kembali pemeriksaan terhadap Joko Driyono terkait dugaan perusakan barang bukti pengaturan skor pertandingan sepak bola.

Agenda pemeriksaan Joko sebagai tersangka yang diduga menyuruh beberapa orang untuk menghilangkan barang bukti. Ini merupakan pemeriksaan yang ketiga kali.

Selain itu, penyidik juga diagendakan meminta keterangan lanjutan terhadap mantan Komisi Eksekutif PSSI Hidayat yang juga telah ditetapkan tersangka.

Pemeriksaan demi pemeriksaan dan rangkaian penyelidikan itu tampaknya menunjukkan betapa sepak bola nasional menghadapi persoalan pelik dan serius. Di luar lapangan masih diwarnai insiden antarpendukung, sedangkan diinternal organisasi PSSI menghadapi masalah hukum.

Semua itu berujung pada prestasi sepak bola nasional. Publik tentu berharap persoalan "gesekan" antarpendukung yang sering terjadi bisa diselesaikan dan masalah yang membelit pengurus organisasi ini bisa segera tuntas.

Mencermati perkembangan yang terjadi di PSSI, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Reni Marlinawati menilai hanya mengulang peristiwa-peristiwa sebelumnya yang pernah terjadi. Masalahnya tidak beranjak dari masalah sebelumnya yang ujungnya soal transparansi dalam pengelolaan organisasi.

Dia pun mendorong pihak terkait (stakeholder) sepak bola di Indonesia untuk melakukan lompatan besar dengan melakukan reformasi di internal organisasi yang bercirikan antikorupsi, transparan, akuntabel dan kredibel. Dia menyarankan PSSI dapat menggandeng KPK dan lembaga penegak hukum untuk merumuskan peta jalan reformasi di internal organisasi.

Dia juga mendorong pemerintah untuk mengawal proses reformasi di internal PSSI dengan meminimalkan tarikan politik praktis dalam proses perubahan di internal organisasi. Langkah ini semata-mata dimaksudkan agar PSSI benar-benar berubah lahir dan batin.

PSSI harus bersih lahir dan batin. Perubahan di internal PSSI ini menjadi langkah simultan dengan upaya Satgas Anti-Mafia Bola Polri dalam pengungkapan dugaan "pat gulipat" skor pertandingan bola.

Upaya bersih-bersih PSSI oleh Satgas Anti-Mafia Bola tanpa ada dampak konkret jika di intenal organsiasi PSSI tidak ada perubahan sistem yang antikorupsi.

Dahaga

Harapan publik untuk terciptanya prestasi tentu tidak pernah surut. Begitu juga peluang terciptanya prestasi juga terbuka luas sehingga tak perlu tenggelam dalam prahara.

Salah satunya yang baru tercipta, yakni meraih juara di AFF U-22. Pencapaian itu menunjukkan bahwa di tengah prahara sekalipun, anak-anak bangsa ini masih bisa mengukir prestasi.

Apalagi bila ke depan tidak ada lagi masalah di tubuh organisasi ini tampaknya sikap optimistis tetap terus digelorakan, Tujuan akhir dari semua itu adalah organisasi yang profesional dan sepak bola yang berprestasi.

Terkuaknya kasus yang membelit pimpinan PSSI tentu saja mengecewakan masyarakat. Tetapi dua gol dari Sani Rizki Fauzi dan Osvaldo Ardiles Haay mengantar Indonesia untuk mengubur keunggulan yang sempat dimiliki Thailand melalui Saringkan Promsupa.

Kemenangan itu ibarat menjadi embun di tengah dahaga dan kerinduan yang demikian besar akan prestasi sepak bola nasional. Di sisi lain, pencapaian prestasi ini juga menunjukkan bahwa pembinaan tidak terganggu dengan pengusutan kasus yang melibatkan personel di tubuh PSSI.

Apalagi Ini kali kedua pelatih Indra Sjafri membawa Indonesia juara di tingkat AFF setelah menjuarai Piala AFF U-19 pada 2013. Yang membanggakan, dalam kompetisi ini, Indonesia tidak sekalipun mengalami kekalahan meskipun harus tertatih-tatih untuk dapat melaju ke final.

Indonesia yang berada di Grup B, ditahan imbang dalam dua kali pertandingan. Indonesia ditahan imbang Myanmar 1-1 dan Malaysia 2-2.

Di laga penutup fase grup, Indonesia berhasil menghempaskan Kamboja 2-0, yang membuat Indonesia berada di peringkat dua di bawah tuan rumah Kamboja sehingga lolos maju ke semifinal.

Di semi final, Indonesia mampu mengalahkan Vietnam dengan skor tipis 1-0. Ini menempatkan Indonesia berhak maju ke final bertemu dengan Thailand. Di final, Indonesia melibas Thailand dengan skor 2-1.

Di tengah dahaga publik yang demikian besar akan prestasi sepak bola nasional, tak berlebihan kiranya prahara yang melanda PSSI segera bisa mengungkap dan mengakhiri karut-marutnya persoalan sepak bola nasional sehingga ke depan semua bisa lebh fokus untuk pencapaian prestasi.

Bravo sepak bola Indonesia!