Penurunan harga avtur diharapkan bisa turunkanharga tiket pesawat

id Bim lengang,Harga Avtur,Harga Tiket Pesawat

Penurunan harga avtur diharapkan bisa turunkanharga tiket pesawat

Kondisi BIM terpantau lengang, Rabu (13/2). (ANTARA SUMBAR/Miko Elfisha)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Penurunan harga avtur yang sedang dibahas Kementerian ESDM diharapkan bisa berpengaruh langsung untuk menurunkan harga tiket pesawat sehingga pariwisata di daerah bergairah lagi.

"Harga tiket ini sangat berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan ke Sumbar. Kita berharap wacana yang digulirkan Presiden untuk menurunkan harga avtur, bisa membuat harga tiket lebih murah," kata Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit di Padang, Rabu.

Ia mengatakan itu saat meninjau kondisi Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang lengang sejak tingginya harga tiket.

Menurut Nasrul saat ini Sumbar tengah gencarnya mengembangkan even dan destinasi wisata untuk menarik wisatawan. Hasilnya terbukti jumlah kunjungan pada 2018 lebih dari 8 juta orang.

Namun setelah penerapan harga batas atas untuk penerbangan full service yang kemudian diikuti oleh maskapai penerbangan murah, jumlah kunjungan langsung menurun drastis hingga 40 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Kita optimis pariwisata akan bangkit lagi jika tiket lebih murah," ujarnya.

Sementara itu menurunnya jumlah penumpang masih terjadi di Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Padangpariaman.

Executive General Manager Angkasa Pura II Cabang BIM, Dwi Ananda Wicaksana mengatakan pergerakan pesawat di BIM mulai berkurang sejak 1 Januari 2018 hingga saat ini.

Persentase penurunan itu sekitar 20 persen, yakni pada angka 60 hingga 70 pesawat perhari, biasanya berada pada angka 80 hingga 88 perhari.

Sedangkan persentase penurunan jumlah penumpang mencapai 30 persen, yaitu antara tujuh ribu hingga sembilan ribu perhari dari biasanya 10 hingga 11 ribu.

Penerbangan luar negeri tetap berjalan normal, tanpa ada pembatalan. Kalau dilihat penumpang yang transit menuju pulau Jawa dari Kuala Lumpur memang sedikit meningkat, tapi belum bisa dikatakan ramai.

Kemudian untuk pengiriman melalui kargo, lanjut Dwi juga menurun pada angka 30 hingga 40 persen dari biasanya jika dilihat pada bulan yang sama pada tahun lalu.

"Jadi, kondisi ini baru berlangsung satu setengah bulan. Jika dibilang rugi dari segi pendapatan memang terjadi, persentase kerugiannya belum dapat dipastikan angkanya, sebab sekarang masih ada penurunan," katanya (*)