Wall Street ditutup bervariasi di tengah kekhawatiran perdagangan dan pertumbuhan global

id Wall Street,saham Wall Street,penutupan saham wall street

Wall Street ditutup bervariasi di tengah kekhawatiran perdagangan dan pertumbuhan global

Wall street, bursa saham AS. (Reuters)

New York, (Antaranews Sumbar) - Bursa saham Wall Street bervariasi pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena bertahannya kekhawatiran atas ketidakpastian perdagangan dan perlambatan ekonomi global membatasi kenaikan pasar.

Indeks Dow Jones Industrial Average turun 63,20 poin atau 0,25 persen, menjadi ditutup di 25.106,33 poin. Indeks S&P 500 naik 1,83 poin atau 0,07 persen, menjadi berakhir di 2.707,88 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup 9,85 poin atau 0,14 persen lebih tinggi, menjadi 7.298,20 poin.

Indeks Dow membukukan penurunan beruntun tiga hari pertamanya sejak Desember, dengan saham UnitedHealth Group jatuh 2,6 persen, memimpin penurunan dalam indeks 30-saham.

Baik S&P 500 maupun Nasdaq berhasil berubah menjadi positif pada menit-menit terakhir perdagangan Jumat (8/2).

Tujuh dari 11 sektor utama S&P 500 ditutup lebih tinggi, karena kelompok-kelompok seperti kebutuhan bahan pokok konsumen dan utilitas unggul sementara energi dan keuangan tertekan.

Saham Amazon turun 1,62 persen setelah laporan pada Jumat (8/2) mengungkapkan bahwa raksasa e-dagang (e-commerce) AS itu sedang mempertimbangkan kembali lokasi markas barunya di New York karena penentangan lokal.

Saham-saham besar terkait teknologi AS lainnya seperti Facebook, Apple dan Netflix, semuanya menghapus kerugian awal dan ditutup lebih tinggi, sehingga mendukung Nasdaq.

Wall Street mencermati kemajuan pembicaraan perdagangan AS-China. Masalah perdagangan telah menjadi bagian besar dari kecemasan pasar sejak tahun lalu.

Sementara itu, Komisi Eropa pada Kamis (7/2) memangkas perkiraan untuk pertumbuhan ekonomi zona euro pada 2019 dan 2020, menyalakan kembali kekhawatiran perlambatan ekonomi global.

Para investor juga cemas tentang prospek laba perusahaan-perusahaan. Laba untuk kuartal pertama 2019 diperkirakan mengalami kontraksi lebih dari satu persen, menurut CNBC, mengutip data dari FactSet. (*)