2018, ekonomi Sumbar melambat

id ekonomi, sumbar, bps

2018, ekonomi Sumbar melambat

Perahu melintas di Kawasan Wisata Bahari Terpadu (KWBT) Mandeh, di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Rabu (5/12/2018). Pemerintah setempat mempersiapkan KWBT Mandeh sebagai kawasan wisata berkelas internasional dengan melakukan sejumlah penataan dan pembenahan di berbagai bidang, sekaligus untuk mewujudkan daerah itu menjadi Kawasa Ekonomi Khusus (KEK). ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/kye.

Padang, (Antaranews Sumbar) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat mencatat ekonomi provinsi itu tumbuh 5,14 persen pada 2018 atau melambat dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5,29 persen.

"Angka ini juga merupakan yang terendah sejak 2012 dan berada di bawah angka nasional yang mencapai 5,17 persen," kata Kepala BPS Sumbar Sukardi di Padang, Rabu.

Ia menjelaskan dari sisi produksi kinerja lapangan usaha pertanian merupakan kontributor terbesar penyumbang ekonomi Sumbar yang mengalami pertumbuhan 3,40 persen pada 2017 menjadi 3,46 persen pada 2018.

"Dari sisi pengeluaran ekonomi Sumbar didorong oleh membaiknya kinerja pengeluaran konsumsi pemerintah dari minus 0,50 persen pada 2017 menjadi 4,63 persen di 2018.

Ia menyebutkan jika diukur dari Produk Domestik Bruto Regional maka mencapai Rp230,53 triliun dan PDRB per kapita sebesar Rp42,57 juta.

Sementara menurut lapangan usaha, ekonomi Sumbar mengalami pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha informasi dan komunikasi 8,57, akomodasi, makanan dan minuman 8,23 persen dan jasa lainnya 7,86 persen.

Dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil serta sepeda motor merupakan sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,09 persen, pertanian, kehutanan dan perikanan 0,79 persen serta transportasi dan pergudangan 0,78 persen.

Kemudian dari sisi pengeluaran pertumbuhan ekonomi Sumbar ditopang oleh konsumsi rumah tangga 53,08 persen, pembentukan modal tetap bruto 29,78 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah 12,65 persen, ekspor luar negeri 10,60 persen dan impor 4,02 persen.

Sebelumnya Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengatakan salah satu cara mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui investasi karena Anggaran Pendapatan Belanja Daerah nilainya kecil.

"Memang ada banyak dana dari pusat, namun semuanya sudah ada ketentuan dan peruntukan, mengandalkan APBD sulit karena minim," katanya.

Ia menambahkan salah satu sektor yang potensial untuk investasi di Sumbar saat ini adalah pariwisata karena pada daerah lain sudah jenuh, sementara di sini sedang menggeliat pertumbuhannya.

Ketika sektor pariwisata berkembang maka ekonomi masyarakat akan hidup, uang akan beredar karena pengunjung akan makan dan minum, berbelanja oleh-oleh hingga jasa sewa kendaraan, katanya. (*)