Alasan kenapa orang tua harus batasi permainan digital pada anak

id Permainan Digital,Pembatasan Permainan Digital pada anak,game online

Alasan kenapa orang tua harus batasi permainan digital pada anak

Warga bermain Game Online di Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Kamis (3/1/2019). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin 18 Juni 2018 resmi menetapkan dan mengumumkan kecanduan game digital sebagai penyakit gangguan mental, masuk kedalam daftar "Disorders due to addictive behavior" atau penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan atau kecanduan. (ANTARA FOTO/Rahmad/pd.)

Jakarta, (Antaranews Sumbar) -Peneliti Prof May O Lwin dari Nanyang Technological University Singapura mengatakan orang tua harus mampu merekomendasikan permainan di media digital yang sesuai dengan tumbuh kembang anak.

"Kalau di bawah 12 tahun, anda (orang tua) tidak bisa memberhentikan mereka bermain begitu saja, tapi kami merekomendasikan orang tua terlibat paling tidak dua kali bermain permainan bersama mereka, ujar Lwin dalam simposium yang diselengarakan oleh Makara Human Behavior Studies in Asia di Jakarta, Selasa.

Ketika orang tua punya sesuatu untuk berbagi dengan anak mereka, orang tua akan mengetahui permainan apa yang anak-anak mereka sedang mainkan, apakah itu berbahaya, apakah punya unsur pendidikan, tambahnya.

Lwin yang juga merupakan Associate Dean of the College of Humanities, Arts and Social Sciences di Nanyang Technological University mengatakan orang tua perlu mengetahui banyaknya waktu yang dihabiskan anak-anak dalam memainkan permainan sekaligus bagaimana pengendalian diri dan perilaku anak terhadap bermain permainan agar mereka tidak kecanduan.

Menurut Lwin, rekomendasi orang tua sangat penting karena anak di bawah usia 12 tahun pada umumnya tidak mengetahui mana yang lebih baik dilakukan sehingga pemberian arahan dan pemahaman harus dilakukan orang tua.

"Jika tidak, maka anak akan mengkonsumsi permainan yang tidak mendukung masa tumbuh kembangnya atau yang mengandung unsur kekerasan ketimbang pendidikan' katanya.

Ia mengatakan dengan aktif memahami dunia anak-anak maka orang tua dapat mengetahui permainan apa yang sedang dimainkan anak-anak demi memabntu dalam melakukan pemantauan media digital sehingga tidak berujung pada kecanduan bermain permainan.

"Orang tua bisa membantu membimbing mereka, misalnya memberitahukan ada juga permainan tentang pendidikan daripada kekerasan," katanya.

Lwin menuturkan pengendalian ketat dengan menerapkan berbagai larangan keras untuk akses anak terhadap internet dinilai tidak efektif pada seluruh masa tahapan kanak-kanak dan remaja.

Justru komunikasi positif menjadi lebih efektif untuk mengendalikan perilaku anak dalam penggunaan media digital.

Untuk itu, orang tua juga tidak sekadar menerapkan berbagai aturan ketat atau larangan bagi anak untuk menggunakan media digital, tapi lebih pada membangun komunikasi aktif atau meningkatkan dialog untuk mengenal keadaan anak dan perilaku anak terhadap penggunaan media digital.

Ketika orang tua mendapati ada kecanduan yang sangat ekstrim pada anak, misalnya anak terlalu banyak bermain permainan yang ditunjukkan dengan perilaku anak bangun larut malam pada pukul 03.00 WIB hanya untuk bermain permainan di saat orang tua mereka tidur.

Selain itu, Lwin mengatakan orang tua juga memiliki tangung jawab untuk mendidik anak mereka menjadi selektif dalam mengkonsumsi konten di internet.

Orang tua juga harus membekali diri agar mampu memperkenalkan situs-situs di internet yang baik diakses oleh anak-anak dan memberikan pemahaman pada anak untuk tidak mengakses konten berbahaya seperti konten yang mengandung kekerasan dan pornografi serta berita bohong.

Oleh karena itu, orang tua harus meningkatkan pemahaman dan kemampuan mereka terhadap penggunaan media digital dan teknologi. (*)